Nasib Warga Kulon Progo yang Gagal Beli Lahan Pengganti Akibat UGR JJLS Belum Dibayarkan

Apesnya, UGR yang dijanjikan tak kunjung cair, sedangkan ia sudah telanjur pinjam ke bank dan menanggung utang serta bunganya.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
UGR GAGAL: Muhri, warga Kalurahan Palihan, Kapanewon Temon menunjukkan slip bukti nilai UGR JJLS yang harus dibayarkan namun belum diterima hingga kini. 

Ringkasan Berita:
  • UGR JJLS warga di Kulon Progo yang dijanjikan tak kunjung cair, sedangkan warga terdampak sudah telanjur pinjam ke bank dan menanggung utang serta bunganya. 
  • Lahan baru yang hendak dibeli sebagai pengganti pun gagal dimiliki karena tak mampu dibayar angsurannya.

 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Warga dari 3 kalurahan di Kulon Progo hingga kini masih memperjuangkan hak mereka atas Uang Ganti Rugi (UGR) proyek pelebaran Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS)

Sebab lahan mereka terdampak proyek tersebut dan hingga kini nihil kejelasan soal pembayaran UGR tersebut.

Salah satunya adalah Muhri, warga Kalurahan Palihan, Kapanewon Temon. Lahan miliknya yang terdampak luasnya sekitar 293 meter persegi.

"Keluar slip nominal UGR-nya pada 8 April 2021, saat itu dijanjikan pembayarannya paling cepat 14 hari atau paling lama 3 bulan setelah slip keluar," katanya ditemui di Kalurahan Karangwuni, Kapanewon Temon, Rabu (05/11/2025).

Di atas lahan tersebut berdiri bangunan rumah yang masih ditempati oleh Muhri bersama keluarganya. Berikut sebuah warung yang menjadi tempat usahanya.

Seperti warga lain, ia pun menyiapkan antisipasi dengan hendak membeli lahan pengganti. Sebab ia tak ingin saat pembangunan dimulai, ia tergusur dan belum memiliki tempat baru.

"Makanya saya berani pinjam uang ke bank untuk membeli lahan baru, selagi menunggu pembayaran UGR," tutur Muhri.

Tak kunjung cair

Apesnya, UGR yang dijanjikan tak kunjung cair, sedangkan ia sudah telanjur pinjam ke bank dan menanggung utang serta bunganya. Lahan baru yang hendak dibeli pun gagal dimiliki karena tak mampu dibayar angsurannya.

Kini Muhri pun harus dihantui kejaran utang dari bank. Ia bahkan sampai harus menjual barang-barang di rumahnya agar bisa melunasi utang bank tersebut.

"Sangat terpukul juga rasanya karena harus menanggung utang bank itu," ujarnya.

Supriyono, warga Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon juga harus menanggung utang bank untuk membeli lahan baru. Sebab lahan miliknya yang seluas 400 meter persegi terkena proyek pelebaran JJLS dan sampai kini belum menerima UGR.

Ia mengaku melakukan pinjaman hingga Rp 200 juta ke bank untuk membeli lahan baru. Harapannya utang itu bisa dilunasi dengan UGR JJLS, namun sampai 6 tahun uangnya belum juga diterima.

"Saya ambil jatuh tempo 6 bulan, tapi sampai 6 tahun belum dibayarkan utangnya karena belum menerima UGR," ungkap Supriyono.

Lahan yang rencananya terdampak tersebut kini masih berdiri bangunan rumah beserta warung soto. Posisinya di seberang Kantor Kalurahan Glagah, langsung menghadap Jalan Daendels yang akan dilebarkan menjadi JJLS.

Hingga kini warung soto tersebut masih aktif berjualan. Bangunannya juga masih dimanfaatkan sebagai rumah tinggal bagi keluarga Supriyono.

"Kalau memang nanti proyeknya tidak jadi, ya tetap saya jadikan sebagai warung," kata mantan Lurah Glagah ini.(alx)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved