Kecelakaan kereta di Prambanan

MTI Sebut Ada 2 Kemungkinan Penyebab Laka Kereta Maut di Prambanan

Ia mengatakan harus ada penyelidikan untuk mencari tahu penyebab pasti kecelakaan tersebut. Termasuk melibatkan KNKT

Tribun Jogja/Dewi Rukmini
LAKA KERETA VS KENDARAAN : Kondisi kendaraan yang tertabrak kereta api di perlintasan kereta api JPL 320, Jalan Raya Piyungan-Prambanan, Kalurahan Bokoharjo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY, pada Selasa (4/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Dua kemungkinan penyebab kecelakaan kereta di Prambanan menurut Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno.
  • Kemungkinan pertama adalah kesalahan sistem pada palang pintu. Sedangkan kemungkinan kedua adalah masyarakat yang tidak memperhatikan rambu. 
  • Kendati demikian, harus ada penyelidikan untuk mencari tahu penyebab pasti kecelakaan tersebut. Termasuk melibatkan KNKT.

 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menyebut ada dua kemungkinan penyebab kecelakaan kereta di Prambanan, Selasa (04/11/2025).

Kecelakaan yang melibatkan KA 161 Bangunkarta, 1 mobil, dan 2 motor tersebut mengakibatkan 3 orang meninggal dan 6 orang luka-luka.

Kemungkinan pertama adalah kesalahan sistem pada palang pintu. Sedangkan kemungkinan kedua adalah masyarakat yang tidak memperhatikan rambu. 

Kendati demikian, harus ada penyelidikan untuk mencari tahu penyebab pasti kecelakaan tersebut. Termasuk melibatkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

“Kalau pintunya tidak dapat tertutup, sistem di KAI yang harus dibenahi. Tetapi kalau dari masyarakatnya, tentu pemerintah harus memperbanyak sosialisasi. Nanti biar KNKT yang menyelidiki,” katanya, Rabu (05/11/2025)

“Dari informasi yang saya terima, palang pintu di situ cukup ketat, nutupnya lama (palang pintu tertutup lebih lama saat kereta melintas). Tetapi kalau ada truk yang menerobos, kemudian kendaraan belakangnya ngikut, ya berarti harus sosialisasi. Karena memang cukup banyak kecelakaan perlintasan yang melibatkan truk,” sambungnya.

Sosialisasi

Menurut dia, sosialisasi menjadi hal utama untuk menekan angka kecelakaan di perlintasan kereta api.

Sosialisasi pun tidak cukup hanya menyasar warga sekitar perlintasan, tetapi masyarakat luas. Sebab kecelakaan justru melibatkan masyarakat yang tidak tinggal di sekitar perlintasan kereta.

Sosialisasi keselamatan pun harus dilakukan terus-menerus.

“Di negara maju yang minim kecelakaan pun tetap dilakukan sosialisasi, karena orangnya berganti, yang dulu muda menjadi tua, dan seterusnya. Jadi sosialisasi itu harus terus dilakukan,” lanjutnya.

Ia menilai sosialisasi juga membutuhkan dukungan anggaran. Untuk itu, ia berharap anggaran keselamatan tidak hanya berfokus pada rambu dan rel saja. 

Pihaknya juga menyoroti soal masih banyaknya perlintasan sebidang yang tidak dijaga oleh petugas.

“Itu bahaya sekali, sebaiknya ditutup saja, tetapi juga harus dikasih solusi jalan lewat mana,” ujarnya. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved