Pedagang Sentra Kuliner Pasar Sentul Keluhkan Sepi Pengunjung, Ini Respon Pemkot Yogyakarta

Pemkot Yogyakarta siap mengakomodir keluhan para pedagang di sentra kuliner Pasar Sentul yang kian sepi pengunjung

|
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
SEPI - Suasana sentra kuliner Pasar Sentul, Kota Yogyakarta, yang kondisinya tampak sepi pengunjung, Senin (3/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Pemkot Yogyakarta siap mengakomodir keluhan para pedagang di sentra kuliner Pasar Sentul yang kian sepi pengunjung
  • Omzet pedagang di sentra kuliner Pasar Sentul anjlok dibanding sebelum direlokasi
  • Disdag Kota Yogyakarta akan segera merancang sejumlah kegiatan kolaboratif dan mengkaji usulan perbaikan sarana.

 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menegaskan kesiapannya untuk mengakomodir keluhan para pedagang di sentra kuliner Pasar Sentul.

Sebagai informasi para pedagang yang ditempatkan  di rooftop atau lantai tiga pasar itu mengalami penurunan omzet drastis sejak direlokasi dari Alun-alun Sewandanan Pakualaman setahun terakhir.

​Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Yogyakarta berjanji akan segera merancang sejumlah kegiatan kolaboratif, sekaligus mengkaji usulan perbaikan deretan sarana.

​Kepala Bidang Pasar Rakyat Disdag Kota Yogyakarta, Gunawan Nugroho Utomo, mengungkapkan, pihaknya telah bertemu dan berdialog dengan para pedagang sentra kuliner Pasar Sentul.

​"Beberapa waktu lalu kami sudah bertemu untuk bincang-bincang dengan teman-teman pedagang di lantai tiga Pasar Sentul," ujarnya, Senin (3/11/2025).

​Gunawan mengakui, terdapat beberapa upaya yang telah dicoba untuk meramaikan food court tersebut, seperti kegiatan senam bersama menggandeng warga sekitar pasar.

Namun, ia memastikan, akan ada langkah-langkah baru untuk meramaikan lokasi, selaras arahan Kepala Dinas Perdagangan, untuk segera merencanakan kegiatan pendukung.

​"Kebetulan juga tadi kami sampun dapat arahan dari Ibu Kepala Dinas (Perdagangan) untuk mencoba merencanakan kegiatan untuk mendukung kegiatan di lantai tiga," jelasnya.

​​"Minggu ini kami usahakan bisa ngobrol dan berkoordinasi lagi dengan pedagang untuk merencanakan beberapa kegiatan yang dapat dikolaborasikan ke depan," urai Gunawan.

Baca juga: Sri Sultan HB X Sampaikan Duka atas Wafatnya PB XIII, Keraton Yogyakarta Tunda Pertunjukan Seni

​Selain mengeluh sepi pembeli, para pedagang juga mengusulkan penambahan peneduh di area rooftop yang terbuka, karena banyak pengunjung yang enggan berlama-lama karena kepanasan.

​Menanggapi hal tersebut, Gunawan menyatakan bahwa usulan-usulan terkait perbaikan sarana semacam itu bakal ditampung dan diproses sesuai prosedur.

​"Nanti kita buat perencanaan dan usulan untuk anggarannya dulu. Semoga bisa segera ada solusi," pungkasnya. 

Omzet Anjlok

Harapan para pedagang kuliner eks-Alun-alun Sewandanan Pakualaman untuk meraup untung lebih besar di lokasi baru, di sentra kuliner Pasar Sentul, Kota Yogyakarta, kini pupus. 

Meski menempati bangunan megah hasil revitalisasi senilai Rp23 miliar, para pedagang justru mengeluh sepi pembeli dan omzet anjlok drastis.

Kondisi itu jauh berbeda dibanding saat berjualan di lokasi lama.

​Revitalisasi Pasar Sentul yang menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) rampung pada akhir 2023 dan diresmikan langsung oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X kisaran awal 2024 

Para pedagang kuliner yang sebelumnya meramaikan Alun-alun Sewandanan Pakualan direlokasi ke lantai atas pasar yang kini tampil lebih modern. 

Namun, kemegahan bangunan yang juga dilengkapi dengan eskalator tak berbanding lurus dengan keramaian pengunjung.

Suprihatin, seorang pedagang lotek dan gado-gado, menceritakan kondisi pilu yang dialaminya.

Pasar Sentul yang berlokasi di Jalan Sultan Agung Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta, telah rampung direvitalisasi.
Pasar Sentul yang berlokasi di Jalan Sultan Agung Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta, telah rampung direvitalisasi. (Tribunjogja.com/Azka Ramadhan)

Setiap harinya, ia hanya termenung menunggu dan berharap ada pembeli, karena kondisinya sangat sulit mengandalkan pengunjung pasar untuk melarisi dagangannya.

​"Sepi. Kadang saya jualin cuma empat, lima (porsi). Itu pun keamanan, satpam, terus kebersihan pasar. Kalau pengunjung, yang asli pengunjung pasar, nyaris enggak ada," ujarnya, Senin (3/11/2025).

​Ia kini hanya berani membawa 10 porsi per hari, dan sudah dianggap sebuah keberuntungan ketika bisa terjual seluruhnya.

Akibatnya, banyak bahan baku, terutama sayuran yang sudah direbus, terpaksa dibuang.

Terkait retribusi, saat ini, pedagang masih mendapatkan keringanan membayar Rp700.000 per tahun hingga Desember 2025.

Namun, tarif digadang-gadang bakal menjadi normal mulai 2026, mencapai Rp7 juta per tahun.

​"Ya kalau omzet bisa separuh dulu (saat di Sewandanan), mungkin berani lah. Masalahnya, kejadiannya kayak gini, malah tambah sepi. Kalau retribusinya normal, bayar full, pasti pedagang pada milih keluar," tegasnya.

"Sekarang saja, kalau dihitung-hitung, baik yang jualan pagi-sore atau yang malam, yang masih aktif buka setiap hari paling cuma 10. Lainnya lebih banyak liburnya," tambah Suprihatin. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved