Ironi Sentra Kuliner Pasar Sentul Yogyakarta, Tempati Gedung Megah Rp23 Miliar Tapi Sepi Pembeli
Sentra kuliner yang dibangun di gedung megah Pasar Sentul Yogyakarta sepi pembeli, omzet pedagang menurun drastis
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Ringkasan Berita:
- Sentra kuliner yang dibangun di foodcourt Pasar Sentul Yogyakarta sepi pengunjung
- Pedagang makanan mengeluhkan anjloknya omzet yang turun drastis dibanding sebelum direlokasi
- Belum ada solusi konkret dari Pemkot Yogyakarta
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Harapan para pedagang kuliner eks-Alun-alun Sewandanan Pakualaman untuk meraup untung lebih besar di lokasi baru, di sentra kuliner Pasar Sentul, Kota Yogyakarta, kini pupus.
Meski menempati bangunan megah hasil revitalisasi senilai Rp23 miliar, para pedagang justru mengeluh sepi pembeli dan omzet anjlok drastis.
Kondisi itu jauh berbeda dibanding saat berjualan di lokasi lama.
Revitalisasi Pasar Sentul yang menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) rampung pada akhir 2023 dan diresmikan langsung oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X kisaran awal 2024
Para pedagang kuliner yang sebelumnya meramaikan Alun-alun Sewandanan Pakualan direlokasi ke lantai atas pasar yang kini tampil lebih modern.
Namun, kemegahan bangunan yang juga dilengkapi dengan eskalator tak berbanding lurus dengan keramaian pengunjung.
Suprihatin, seorang pedagang lotek dan gado-gado, menceritakan kondisi pilu yang dialaminya.
Setiap harinya, ia hanya termenung menunggu dan berharap ada pembeli, karena kondisinya sangat sulit mengandalkan pengunjung pasar untuk melarisi dagangannya.
"Sepi. Kadang saya jualin cuma empat, lima (porsi). Itu pun keamanan, satpam, terus kebersihan pasar. Kalau pengunjung, yang asli pengunjung pasar, nyaris enggak ada," ujarnya, Senin (3/11/2025).
Ia kini hanya berani membawa 10 porsi per hari, dan sudah dianggap sebuah keberuntungan ketika bisa terjual seluruhnya.
Akibatnya, banyak bahan baku, terutama sayuran yang sudah direbus, terpaksa dibuang.
Terkait retribusi, saat ini, pedagang masih mendapatkan keringanan membayar Rp700.000 per tahun hingga Desember 2025.
Namun, tarif digadang-gadang bakal menjadi normal mulai 2026, mencapai Rp7 juta per tahun.
"Ya kalau omzet bisa separuh dulu (saat di Sewandanan), mungkin berani lah. Masalahnya, kejadiannya kayak gini, malah tambah sepi. Kalau retribusinya normal, bayar full, pasti pedagang pada milih keluar," tegasnya.
"Sekarang saja, kalau dihitung-hitung, baik yang jualan pagi-sore atau yang malam, yang masih aktif buka setiap hari paling cuma 10. Lainnya lebih banyak liburnya," tambah Suprihatin.
Keluhan serupa datang dari Sri Rahayu, seorang pedagang rujak es krim yang terbilang legendaris semasa berjualan di Alun-alun Sewandanan Pakulaman silam.
Menurutnya, sejak menempati lapak baru di lantai atas Pasar Sentul, keramaian hanya bertahan selama enam bulan pertama setelah mereka pindah pada kisaran April 2024.
"Sing sepi nemen (yang sepi banget) ya satu tahun ini. Pokoknya yang ramai itu cuma enam bulan pertama. Habis Lebaran ke sini semakin sulit sekali. Pengunjung cuma satu, dua. Yang jualan jadi males toh, banyak yang libur," ungkapnya.
Sri membandingkan, di lokasi lama, ia bisa menjual 100 porsi lebih setiap hari.
Kini, mendapatkan 10 persennya saja sudah sangat sulit, padahal kualitas rasa dari dagangannya tidak berubah.
Bahkan, momentum akhir pekan, atau libur panjang yang dulunya menjadi ajang meraup pundi-pundi, kini tidak lagi bisa diharapkan para pedagang.
"Dulu kita segitu ramainya di Sewandanan. Omzet hari-hari bisa 100 porsi. Sekarang, 10 persennya saja enggak. Padahal, daganganku sama, rasanya jelas tetap enak seperti dulu. Kok ya nggak ada yang beli loh," tuturnya heran.
Menurut Sri, publik kurang familiar dengan keberadaan food court.
Ditambah, area parkir sempit karena bercampur dengan pengunjung pasar, menjadi alasan utama keengganan pembeli untuk datang.
Para pedagang mengaku sudah beberapa kali mengadukan masalah ini secara langsung kepada Pemerintah Kota Yogyakarta, namun belum ada solusi konkret.
Mereka berharap, pemerintah ikut membantu promosi, misalnya dengan menggelar event di sentra kuliner Pasar Sentul, agar keberadaan mereka diketahui masyarakat dan wisatawan.
"Sudah kita sampaikan kok, kalau bangunannya kurang sesuai, kita di sini itu enggak kelihatan dari bawah. Cuma dipasangi plang di depan begitu, siapa yang tahu kan. Tapi, katanya bangunan tidak bisa dirombak lagi," terangnya. (*)
| Mortir Tua Ditemukan Penghuni Rumah di Jalan AM Sangaji Yogyakarta |
|
|---|
| Resep Plecing Kangkung Khas Lombok: Pedas, Segar, Bikin Ketagihan |
|
|---|
| 5 Masakan Khas Pulau Lombok yang Layak Dicoba Pencinta Kuliner Nusantara |
|
|---|
| Astra Motor Yogyakarta Ajak BikerS Gas ke Honda Bikers Day 2025 |
|
|---|
| Kuliner Jogja: Parot Siramami Kuliner Otentik Thailand di Jogja |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.