Mahasiswa Internasional Belajar Keselamatan Kerja Lewat Membatik di Giriloyo Bantul

Sejumlah mahasiswa dari berbagai negara mengikuti kegiatan pembelajaran lapangan di Desa Batik Giriloyo, Wukirsari, Bantul

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Santo Ari
MEMBATIK - Mahasiswa dari berbagai negara mengikuti kegiatan pembelajaran lapangan di Desa Batik Giriloyo, Wukirsari, Bantul pada hari Minggu (2/11/2025) kemarin. 

“Sentra semacam ini menunjukkan bahwa batik, yang berakar dari masyarakat, bisa dikembangkan menjadi industri kerakyatan dengan sistem manajemen yang modern,” ujarnya.

Kebanggaan

Bagi masyarakat Giriloyo, kunjungan mahasiswa internasional menjadi kebanggaan tersendiri.

Selain memperkenalkan batik sebagai warisan budaya, mereka juga berbagi pengetahuan tentang pentingnya keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan.

Pelaku batik lokal, Vena Jaladara, mengatakan bahwa di balik keindahan batik, ada tantangan kesehatan yang sering luput dari perhatian.

Banyak pembatik bekerja di rumah tanpa perlindungan memadai, padahal risiko paparan bahan kimia dan panas lilin bisa berdampak pada kesehatan.

Ia berharap kolaborasi seperti ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja di sektor informal.

“Batik banyak dikerjakan di rumah, dan risikonya tidak hanya bagi pembatik, tapi juga bagi lingkungan sekitar. Harapannya, setelah kegiatan ini kita bisa bersama-sama mulai memikirkan kembali pentingnya keselamatan kerja, terutama di sektor yang belum banyak tersentuh regulasi formal,” ujarnya.

Salah satu peserta, Ischa dari Belanda, mengaku mendapat banyak pelajaran baru dari kegiatan di Giriloyo.

Selain memahami aspek kesehatan kerja, ia juga menikmati pengalaman mencoba membatik secara langsung. 

“Ini pertama kalinya saya membatik, kegiatannya sangat menarik. Kami belajar langsung dari pengrajin, sekaligus memahami bagaimana mereka menjaga kesehatan di tempat kerja,” ungkapnya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya FK-KMK UGM memperkuat pembelajaran interdisipliner dengan menggabungkan teori, praktik lapangan, dan kolaborasi lintas budaya.

Melalui pengalaman seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar tentang kesehatan kerja dan lingkungan, tetapi juga memahami nilai budaya dan kearifan lokal yang menjadi bagian penting dari kesehatan masyarakat global.(*)
 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved