Mahasiswa Internasional Belajar Keselamatan Kerja Lewat Membatik di Giriloyo Bantul

Sejumlah mahasiswa dari berbagai negara mengikuti kegiatan pembelajaran lapangan di Desa Batik Giriloyo, Wukirsari, Bantul

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Santo Ari
MEMBATIK - Mahasiswa dari berbagai negara mengikuti kegiatan pembelajaran lapangan di Desa Batik Giriloyo, Wukirsari, Bantul pada hari Minggu (2/11/2025) kemarin. 
Ringkasan Berita:
  • Sejumlah mahasiswa dari beberapa negara mengikuti kegiatan pembelajaran dan membatik di Desa Batik Giriloyo, Bantul.
  • Kegiatan ini menjadi bagian dari International Summer Course on Interprofessional Healthcare yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada.

 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mahasiswa dari berbagai negara mengikuti kegiatan pembelajaran lapangan di Desa Batik Giriloyo, Wukirsari, Bantul pada hari Minggu (2/11/2025) kemarin.

Kegiatan ini sebagai bagian dari International Summer Course on Interprofessional Healthcare yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada.

Melalui kunjungan ini, para peserta mempelajari penerapan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri kreatif tradisional, khususnya pada proses pembuatan batik tulis. 

Selama tiga hari sebelumnya, para peserta telah mengikuti sesi kuliah intensif di FK-KMK UGM.

Setelah memahami teori tentang kesehatan kerja dan lingkungan, mereka turun langsung ke lapangan untuk melihat bagaimana konsep tersebut diterapkan di masyarakat. 

Koordinator Summer Course 2025, Dr Drs Abdul Wahab, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di ruang kelas ke dunia nyata.

“Mereka mengimplementasikan ilmu yang didapatkan selama tiga hari untuk mengobservasi kesehatan kerja dan lingkungan yang ada di masyarakat,” ujarnya.

Dalam kunjungan ke sentra batik, para mahasiswa asing diajak memproduksi batik tulis tradisional, mulai dari memanaskan malam, mencanting, hingga pewarnaan dan pengeringan kain.

Di setiap tahap, mereka mengidentifikasi potensi bahaya kerja dan belajar pentingnya penggunaan alat pelindung diri, pengaturan ventilasi, serta pengelolaan limbah yang aman bagi lingkungan.

Hasil pengamatan tersebut nantinya akan dipresentasikan di akhir program.

Wahab menambahkan, pembelajaran lapangan seperti ini penting agar mahasiswa memahami konteks nyata penerapan kesehatan kerja di sektor industri kecil maupun informal. 

“Mereka akan mengobservasi bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan, sehingga dapat menemukan cara mencegah atau mengurangi risiko kesakitan akibat pekerjaan,” katanya.

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM, dr Ahmad Hamim Sadewa, menyebut bahwa industri rakyat seperti batik menjadi contoh konkret keterkaitan antara budaya, ekonomi, dan kesehatan masyarakat.

Menurutnya, kegiatan ini memberi kesempatan bagi mahasiswa dari berbagai negara untuk belajar bersama melalui pendekatan interprofesional dan kolaborasi lintas budaya.

“Sentra semacam ini menunjukkan bahwa batik, yang berakar dari masyarakat, bisa dikembangkan menjadi industri kerakyatan dengan sistem manajemen yang modern,” ujarnya.

Kebanggaan

Bagi masyarakat Giriloyo, kunjungan mahasiswa internasional menjadi kebanggaan tersendiri.

Selain memperkenalkan batik sebagai warisan budaya, mereka juga berbagi pengetahuan tentang pentingnya keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan.

Pelaku batik lokal, Vena Jaladara, mengatakan bahwa di balik keindahan batik, ada tantangan kesehatan yang sering luput dari perhatian.

Banyak pembatik bekerja di rumah tanpa perlindungan memadai, padahal risiko paparan bahan kimia dan panas lilin bisa berdampak pada kesehatan.

Ia berharap kolaborasi seperti ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja di sektor informal.

“Batik banyak dikerjakan di rumah, dan risikonya tidak hanya bagi pembatik, tapi juga bagi lingkungan sekitar. Harapannya, setelah kegiatan ini kita bisa bersama-sama mulai memikirkan kembali pentingnya keselamatan kerja, terutama di sektor yang belum banyak tersentuh regulasi formal,” ujarnya.

Salah satu peserta, Ischa dari Belanda, mengaku mendapat banyak pelajaran baru dari kegiatan di Giriloyo.

Selain memahami aspek kesehatan kerja, ia juga menikmati pengalaman mencoba membatik secara langsung. 

“Ini pertama kalinya saya membatik, kegiatannya sangat menarik. Kami belajar langsung dari pengrajin, sekaligus memahami bagaimana mereka menjaga kesehatan di tempat kerja,” ungkapnya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya FK-KMK UGM memperkuat pembelajaran interdisipliner dengan menggabungkan teori, praktik lapangan, dan kolaborasi lintas budaya.

Melalui pengalaman seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar tentang kesehatan kerja dan lingkungan, tetapi juga memahami nilai budaya dan kearifan lokal yang menjadi bagian penting dari kesehatan masyarakat global.(*)
 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved