Eksklusif Mapel Bahasa Portugis

Bahasa Portugis Bisa Jadi Mata Pelajaran Pilihan

Presiden Prabowo Subianto membuat wacana Bahasa Portugis sebagai mata pelajaran bagi siswa di Tanah Air

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Hari Susmayanti
Chat GBT
Ilustrasi pelajaran Bahasa Portugis 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA  - Pengamat Pendidikan Ina Liem berpendapat pernyataan Presiden Prabowo perihal bahasa Portugis akan jadi prioritas dalam pendidikan Indonesia tersebut lebih mengarah sebagai simbol hubungan bilateral, bukan sesuatu yang perlu ditindaklanjuti ke dalam kurikulum. 

Menurutnya jika siswa punya banyak pilihan kegiatan ekstrakurikuler bahasa asing, itu merupakan hal yang baik agar mereka terbuka wawasannya terhadap dunia.

Akan tetapi, kata Ina bukan berarti setiap kali ada tren baru harus otomatis menjadi mata pelajaran wajib. 

"Justru kalau setiap isu baru selalu direspons dengan menambah mata pelajaran, itu tanda kita masih terjebak pola pikir content-based dan linier,” jelas Ina Liem, Minggu (26/10/2025). 

“Padahal semangat Kurikulum Merdeka justru project-based dan interdisipliner, bukan menambah isi, tapi mengaitkan pengetahuan lintas bidang dan melatih siswa berpikir kritis lewat proyek yang bermakna," lanjut dia.

Namun bila ide ini tetap serius diinstruksikan, Ina menekankan bahwa keputusan Mendikdasmen sangat berpengaruh. 

"Kalau menterinya paham bahwa Kurikulum Merdeka itu project-based dan interdisipliner, harusnya tidak akan menjadikan bahasa Portugis sebagai mapel wajib,” jelasnya.

“Tapi kalau menterinya sendiri masih berpikir content-based, setiap ada ide baru langsung ditambah jadi mata pelajaran, ya celaka. Lama-lama anak-anak bisa punya 50 mapel," tambah Ina. 

Padahal, waktu anak-anak dalam 24 jam sehari sudah sangat padat. Kata Ina, apakah masih harus dijejali berbagai konten tanpa ruang berpikir, bereksperimen, dan beristirahat?

"Kebijakan pendidikan tidak boleh ABS (Asal Bapak Senang). Harus berbasis prinsip dan filosofi kurikulum, bukan sekadar reaksi spontan terhadap tren atau hubungan diplomatik. Kalau semangatnya masih “asal patuh pada perintah,” ya pendidikan kita akan makin tidak terarah," kata CEO Jurusanku ini. 

Baca juga: Tenaga Pengajarnya Masih Terbatas, Siapkan Dulu Gurunya

Senada dengan Ina, Pengamat Pendidikan Bukik Setiawan yang merupakan pendiri Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan menyatakan semua hal baik tentu boleh diajarkan di sekolah, termasuk bahasa Portugis. 

Bukik berujar, tetapi dalam pendidikan, yang penting bukan sekadar apa yang baik. 

"Melainkan 'apa yang paling perlu dan paling berdampak'. Karena waktu belajar murid terbatas, maka kita perlu mempertimbangkan prioritas, apa yang paling dibutuhkan untuk masa depan mereka, sesuai konteks Indonesia hari ini," kata Bukik, Minggu (26/10/2025). 

Ketua Guru Belajar Foundation ini menegaskan kalau bahasa Portugis masuk kurikulum, sebaiknya bukan sebagai kewajiban nasional yang seragam.

Akan lebih bijak bila menjadi pilihan bagi daerah, sekolah, atau murid yang memang punya kebutuhan atau potensi relevan. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved