Upaya Pemkot Yogya Rebranding Sentra Kerajinan Perak Kotagede: Undang Investor hingga Kolektor
Dengan menggelar Festival Perak Kotagede, bertujuan untuk meningkatkan kreativitas, pemasaran, dan daya saing perajin di era modern.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM - Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM berupaya menggeliatkan kembali sentra kerajinan perak Kotagede yang diakui sempat redup.
Salah satu langkah konkretnya adalah dengan menggelar Festival Perak Kotagede, yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas, pemasaran, dan daya saing perajin di era modern.
Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo, tidak menampik, meski Kotagede identik dengan perak, sentra kerajinan tersebut menghadapi sejumlah tantangan.
"Terus terang saja, selama ini kalau berbicara perak pasti Kotagede. Tapi, kadang-kadang kan agak redup," ungkap Tri Karyadi, di sela agenda festival, Kamis (23/10/25).
Ia menyebut, beberapa keluhan utama perajin seperti minimnya tenaga kerja, mahalnya bahan baku, hingga mengakibatkan stagnasi dalam inovasi dan kreasi produk.
Untuk mengatasi hal tersebut, Festival Perak Kotagede dianggap sebagai sarana vital untuk meng-upgrade kemampuan perajin serta memfasilitasi interaksi langsung dengan berbagai pihak.
Dalam festival tersebut, Pemkot Yogyakarta pun mengundang unsur perguruan tinggi, investor, hingga kolektor perhiasan perak.
"Harapan kami mereka itu ada dialog. Sehingga para perajin itu tahu selera konsumen. Jadi membuat produk tidak asal membuat produk, tapi membuat produk disesuaikan dengan market-nya," jelasnya.
Festival Perak Kotagede diagendakan berlangsung dua kali dalam setahun, dengan makna utama sebagai upaya rebranding Kotagede.
"Ini sebenarnya untuk me-rebranding kembali Kotagede sebagai silver jewelry-nya Kota Yogyakarta. Bahwa masih ada lho, masih eksis Kotagede sebagai kota perak," tegasnya.
Lebih lanjut, Tri Karyadi mengingatkan, bahwa konsumen saat ini memiliki tuntutan yang lebih tinggi. Mereka tidak sekadar mencari hasil akhir produk, melainkan juga proses, cerita, dan product knowledge.
Untuk itu, festival juga menyajikan sesi workshop agar pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan kerajinan perak.
"Sekarang perajin silakan merajin, tapi harus ada marketing-nya. Harus bisa update di media sosial, harus beradaptasi. Jangan hanya terpatok satu medsos, hanya IG, tapi harus yang lain juga. Kalau perlu ada live-nya. Ini sebuah keniscayaan, tidak bisa dihindari," pesannya.
Tantangan lain yang disoroti adalah kurangnya minat anak muda untuk berkecimpung di industri kriya perak. Tri Karyadi mengakui, setelah ditelusuri, banyak lulusan sekolah kriya yang justru bekerja di sektor non-kriya seperti pramuniaga atau pelayan toko.
"Makanya ini perlu diubah, kriya itu menjadi pilihan utama, tidak menjadi pilihan kedua. Kerajinan perak Kotagede harus jadi sektor ekonomi yang menjanjikan bagi generasi muda," ucapnya.
| Ohayo Hub Hadir di Yogyakarta |
|
|---|
| Pemilahan Sampah di Kota Yogyakarta Belum Optimal, Penggerobak Sambat Dapat Tambahan Tugas |
|
|---|
| Abadikan Jasa Sang Maestro, Bagong Kussudiarja Resmi Jadi Nama Gang di Singosaren Jogja |
|
|---|
| Tahapan Pemilihan Ketum Baru KONI Kota Yogyakarta Resmi Dimulai |
|
|---|
| Mosu Coffee Pogung, Tempat Nongkrong dan Work From Cafe 24 Jam di Jogja |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Perajin-perak-di-Kotagede-23102025.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.