BEI DIY Ungkap Penyebab IHSG Bertahan di Level 8.000 hingga Awal Oktober 2025

Faktor pertama ialah kebijakan moneter yang longgar dengan pemangkasan BI Rate menjadi 4,75 persen pada September 2025

kontan.co.id
Foto ilustrasi. 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mempertahankan posisi di level 8.000 sejak akhir September hingga awal Oktober 2025, bahkan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.

Menurut Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) DIY, Irfan Noor Riza mengatakan ada empat faktor yang menopang IHSG. 

Faktor pertama ialah kebijakan moneter yang longgar dengan pemangkasan BI Rate menjadi 4,75 persen pada September 2025, menurunkan biaya pembiayaan, dan meningkatkan likuiditas pasar.

Kebijakan Ini mendorong investor beralih dari deposito ke saham.

Pengangkatan Purbaya Yudhi Sadewa menjadi Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati juga berdampak positif. Sebab Purbaya meluncurkan stimulus ekonomi senilai Rp 216,23 triliun, termasuk penempatan dana pemerintah Rp 200 triliun ke bank BUMN dan 17 program paket ekonomi baru.

“Faktor ketiga adalah fundamental ekonomi solid. Inflasi terkendali di 2,65 persen, surplus neraca perdagangan US$ 5,49 miliar dan PMI (Purchasing Managers' Index) manufaktur ekspansif di 50,4,” katanya, Rabu (08/10/2025). 

“Kemudian dukungan investor domestik solid. Meski investor asing net sell Rp 3,1 triliun, investor domestik tetap solid dengan porsi 72,89 persen dari total transaksi,” sambungnya. 

Ia melanjutkan IHSG telah menguat 13,86 persen year to date, dengan sektor teknologi naik (+2,36 persen), sektor infrastruktur juga naik (+2,01 % ), dan demikian pula sektor energi naik (+1,01 % ) dan ketiga sektor tersebut menjadi penopang utama.

Melihat perkembangan saat ini, ia memperkirakan IHSG berpotensi mencapai level 8.200 - 8.600 pada kuartal IV 2025. Hal ini didukung efek musiman akhir tahun dan rilis laporan keuangan kuartal III yang diharapkan positif.

Kebijakan stimulus ekonomi pun dipercaya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi 
 di atas 5,5 persen pada kuartal IV 2025. Tentu ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu emerging market dengan performa terbaik.

“Tentunya risiko dan tantangan ke depan tetap ada, meliputi volatilitas global, potensi koreksi teknis, dan kebijakan The Fed. Namun dengan pondasi ekonomi dan kebijakan pro-pertumbuhan, IHSG diproyeksikan stabil dan berpeluang menguat hingga akhir tahun 2025,” pungkasnya. (maw) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved