Kisah Inspiratif

Kisah Driver Ojek Online Penyandang Disabilitas Tuli di Yogyakarta

Kerasnya etos kerja yang ia tunjukkan sebagai driver ojek online adalah respons terhadap pahitnya penolakan berulang dari sektor formal.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
(MG Axel Sabina Rachel Rambing)
Yoga (32), penyandang disabilitas tuli yang bekerja sebagai ojek online khusus makanan di Yogyakarta (07/10/2025). 

Di mata negara, perusahaan swasta seharusnya merekrut minimal 1 persen penyandang disabilitas, sementara perusahaan negara atau daerah merekrut minimal 2 persen .

Ini merupakan sebuah janji kesetaraan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, tepatnya pada pasal 53 ayat 1 dan 2.

Namun, bagi Yoga, janji itu hanyalah data di atas kertas.

Kerasnya etos kerja yang ia tunjukkan sebagai driver ojek online sekaligus penjual di angkringan adalah respons terhadap pahitnya penolakan berulang dari sektor formal.

Yoga mengungkapkan ia telah berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil. Enam kali mengikuti job fair, puluhan kali mengirim berkas lamaran pekerjaan. 

Namun, hasilnya selalu nihil. "Semua syarat sudah lengkap, tapi tidak ada kejelasan” ujarnya getir (07/10/2025).

Ironisnya, di balik pekerjaan harian yang ia jalani, tersimpan potensi dan cita-cita yang terpaksa dikubur. 

Yoga, yang merupakan lulusan SMA, pernah meraih Juara 2 dan Juara 3 lomba Desain Grafis saat sekolah. 

Namun, keahlian itu kini terhenti karena laptop dan komputernya rusak. Potensi yang sejak lama ditinggalkan membuatnya tak berani untuk kembali melangkah ke ranah tersebut.

Yoga juga memiliki cita-cita untuk menjadi guru dan mengajar di SLB (Sekolah Luar Biasa). Pria ini bercerita bahwa ia senang melihat anak-anak belajar dan memiliki semangat untuk mencari tahu.

Impian ini sempat ia perjuangkan dengan cara menempuh pendidikan ke jenjang sarjana satu di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, DIY.

Sayangnya, perjuangan itu harus terhenti di tengah jalan dengan alasan biaya kuliah yang mahal.

Meski begitu Yoga tetap melanjutkan pesan dari sang Ibu untuk bekerja keras dan hidup mandiri. 

Hobi memasak, ia salurkan jadi pekerjaan sampingan di angkringan milik teman, dan disatu sisi, menjadi driver ojek online tetap jadi ladang pencaharian utamanya.

Kisah Yoga menunjukkan kenyataan pahit, ia punya potensi besar dan semangat kerja keras yang luar biasa untuk hidup mandiri.

Sayangnya, semua kemampuan itu hanya dihargai di jalanan sebagai driver ojek online.

Pintu-pintu kantor yang seharusnya menerima penyandang disabilitas sesuai aturan negara justru terus terkunci, dan mengabaikan ketekunannya. (MG|AXEL SABINA RACHEL RAMBING)

Baca juga: Viral Ojek Online Disabilitas yang Tak Mau Lawan Arus

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved