Jumlah Sarang Penyu di Pantai Bugel Kulon Progo Berkurang, Terdampak Abrasi Pantai

Tahun ini ditemukan sebanyak 25 sarang telur penyu, turun dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 30 sarang

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
LEPAS PENYU: Seekor anak penyu alias tukik yang baru dilepas dan hendak menuju laut lepas di Pantai Bugel, Kapanewon Panjatan, Kulon Progo, Jumat (03/10/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Jumlah sarang penyu yang ditemukan di Pantai Bugel, Kapanewon Panjatan, Kulon Progo mengalami penurunan di tahun ini. Penurunan terjadi salah satunya dipengaruhi oleh fenomena abrasi pantai yang kini disebut kian sering dan semakin parah.

Ketua Konservasi Penyu Bugel, Nuryanto menyampaikan musim penyu bertelur biasanya terjadi antara bulan Maret hingga Agustus. Bulan-bulan tersebut biasanya juga masuk musim kemarau.

"Tahun ini ditemukan sebanyak 25 sarang telur penyu, turun dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 30 sarang," ujarnya ditemui pada Jumat (03/10/2025).

Menurut Nuryanto, turunnya jumlah temuan sarang telur penyu salah satunya disebabkan oleh fenomena abrasi pantai yang kian parah. Apalagi sarang tersebut biasanya berada di dalam pasir tak jauh dari bibir pantai.

Terkikisnya pasir pantai karena abrasi membuat sarang telur penyu ikut mengalami kerusakan. Alhasil peluang telur penyu untuk menetas pun semakin kecil.

"Peluang menetasnya tinggal 30 persen karena abrasi," jelas Nuryanto.

Adapun yang sering bertelur di Pantai Bugel adalah Penyu Lekang. Sekali bertelur dalam satu sarang, penyu ini bisa menghasilkan 40 sampai 80 telur, bahkan bisa mencapai 100 telur.

Agar potensi menetasnya tetap baik, Nuryanto memilih membawa puluhan telur penyu tersebut untuk dilakukan konservasi. Lewat cara tersebut, jumlah telur yang menetas bisa lebih banyak, yaitu bisa mencapai 90 persen.

"Biasanya diperlukan waktu antara 47 sampai 50 hari agar telur penyu bisa menetas," katanya.

Pengelola Konservasi Penyu Abadi di Pantai Trisik, Kapanewon Galur, Edi Yulianto juga mengeluhkan parahnya abrasi pantai. Abrasi bahkan menyebabkan bangunan untuk konservasi rusak parah dan tidak bisa digunakan lagi.

Sementara ini, konservasi penyu di Pantai Trisik memanfaatkan sebagian bangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Adapun gedung konservasi yang baru rencananya dibangun di timur TPI, dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo.

"Kemungkinan gedung konservasi yang baru akan dibangun tahun depan," kata Edi beberapa waktu lalu.(alx)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved