Hadirkan Sapi Bertopeng Presiden Prabowo, BEM KM UGM Kritik MBG Sebagai Makan Beracun Genosida

BEM KM UGM menghadirkan sapi yang dipasangi topeng Presiden Prabowo. Sapi tersebut dituntun oleh seseorang bertopeng Sekretaris Kabinet

Tribunjogja/ Christi Mahatma Wardhani
SAPI BERTOPENG: BEM KM UGM menghadirkan sapi bertopeng Presiden Prabowo sebagai kritik program MBG dalam kegiatan Mendengar dan Merespons Omon Omon Presiden di Bundaran UGM, Rabu (24/09/2025). 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengkritik Presiden Prabowo Subianto

Kritik tersebut disampaikan melalui aksi simbolik dan diskusi Omon-Omon Presiden di Bundaran UGM, Rabu (24/09/2025). 

Dalam aksi tersebut, BEM KM UGM menghadirkan sapi yang dipasangi topeng Presiden Prabowo. Sapi tersebut dituntun oleh seseorang yang mengenakan topeng Sekretaris Kabinet Letkol Teddy.

TOPENG: BEM KM UGM menghadirkan sapi bertopeng Presiden Prabowo sebagai kritik program MBG dalam kegiatan Mendengar dan Merespons Omon Omon Presiden di Bundaran UGM, Rabu (24/09/2025).
TOPENG: BEM KM UGM menghadirkan sapi bertopeng Presiden Prabowo sebagai kritik program MBG dalam kegiatan Mendengar dan Merespons Omon Omon Presiden di Bundaran UGM, Rabu (24/09/2025). (Tribunjogja/ Christi Mahatma Wardhani)

Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto mengatakan sapi yang dihadirkan bukan bentuk penghinaan, tetapi bentuk kritik satir. Menurut dia, sapi adalah simbol pemberi nutrisi, yang dicita-citakan Presiden Prabowo melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG)

“Tetapi tugas Presiden bukan hanya memberi nutrisi, tetapi juga melaksanakan amanah konstitusi. Kami punya beberapa catatan kritis tentang MBG, yang hari ini sudah memakan korban keracunan sebanyak 6.542. Korban keracunan itu tidak hanya angka, mereka (korban keracunan) adalah anak-anak dari ayah dan ibu rakyat Indonesia,” katanya, Rabu (24/09/2025).

“Sehingga dalam konteks keracunan itu agaknya kita perlu waspada. Kalau dengan segala kelengkapan alat negara Presiden justru melaksanakan pengabaian terhadap pengawasan, maka MBG ini jangan-jangan bukan Makan Bergizi Gratis, tapi Makan Beracun Genosida,” sambungnya.

Ia juga menyoroti soal anggaran MBG yang memakan 44 persen dari sektor pendidikan. Padahal 20 persen APBN mestinya dianggarkan untuk sektor pendidikan. Dengan demikian, ia menganggap ada pengakalan RAPBN 2026 yang telah disahkan.

Tiyo menilai MBG adalah program ambisius yang diciptakan untuk menjaga citra Presiden Prabowo. Sebab program tersebut merupakan salah satu janji politik jika terpilih menjadi presiden.

Dengan banyaknya korban keracunan MBG, ia mendesak agar program tersebut dihentikan dan dievaluasi total. Pengawasan menjadi poin utama, sebab tanpa pengawasan yang benar, anak-anak Indonesia yang akan menjadi korban.

“Kalau Presiden Prabowo tidak ingin lagi dikenang sebagai pelanggar HAM, maka hentikan MBG. Karena MBG, selain melanggar HAM karena merampas hak-hak pendidikan, itu (MBG) juga melanggar HAM karena mengancam keselamatan nyawa anak-anak Indonesia,” tandasnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved