Mahasiswa UNY Ciptakan SmartCleaner, Alat Otomatis Pembersih Kandang Sapi
Inovasi ini berbasis energi surya dan Internet of Things (IoT) yang mereduksi beban peternak sekaligus membuka peluang ekonomi dari limbah ternak.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bau amonia dan pekerjaan berat membersihkan kandang sapi kini bukan lagi momok bagi Kelompok Tani Ngudi Makmur, Gunungkidul.
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang SmartCleaner, inovasi berbasis energi surya dan Internet of Things (IoT) yang mereduksi beban peternak sekaligus membuka peluang ekonomi dari limbah ternak.
Inovasi ini lahir melalui Program Kreativitas Mahasiswa – Penerapan Iptek (PKM-PI). Tim kreatif terdiri dari Veri Saputra dan Shafa Feby Ayuningtyas dari Pendidikan Teknik Elektro, serta Anida Syafa Hapsari dari Biologi.
Mereka turun langsung ke Desa Gunung Manuk, Kecamatan Patuk, berdialog dengan peternak, dan menemukan persoalan yang selama ini berulang: keterbatasan waktu membuat kandang hanya dibersihkan tiga hingga empat kali seminggu.
Akibatnya, kotoran menumpuk, gas amonia meningkat, dan kesehatan sapi terganggu.
Bobot ternak turun hingga 15 persen, harga jual merosot, dan kelompok tani bisa mengalami kerugian hingga Rp400 juta per siklus.
Fakta inilah yang mendorong lahirnya SmartCleaner.
“SmartCleaner kami rancang bukan hanya untuk memudahkan pembersihan kandang, tetapi juga agar peternak bisa mengawasi kesehatan lingkungan ternaknya secara lebih efisien. Dengan begitu, risiko kerugian bisa ditekan dan produktivitas meningkat,” kata Veri Saputra, Ketua Tim SmartCleaner.
Baca juga: Mahasiswa UNY Kembangkan Briket Jerami di Wonosari Gunungkidul
Teknologi Terpadu
SmartCleaner dirakit di Bengkel Elektro Fakultas Teknik UNY.
Sistem ini menggabungkan sejumlah komponen inti menjadi satu kesatuan. Panel surya menjadi sumber energi ramah lingkungan yang menggerakkan motor listrik dan penggaruk otomatis sesuai jadwal melalui modul Real-Time Clock (RTC).
SmartCleaner juga dilengkapi sensor amonia MQ-137.
Jika kadar gas berbahaya melewati ambang batas, kipas exhaust otomatis menyala. Peternak pun menerima notifikasi melalui aplikasi IoT di ponsel.
Semua informasi—mulai dari jadwal pembersihan, kondisi kandang, hingga grafik kadar amonia—bisa dipantau secara real-time.
Tak hanya itu, kotoran sapi yang digaruk otomatis dialirkan ke wadah khusus untuk diolah menjadi pupuk organik.
“Pupuk organik ini mulai dipasarkan di sekitar desa. Jadi, selain menjaga kandang tetap bersih, SmartCleaner memberi nilai tambah ekonomi bagi peternak,” ujar Shafa Feby Ayuningtyas.
Efek penggunaan SmartCleaner langsung terlihat. Waktu pembersihan kandang yang sebelumnya memakan 1–2 jam, kini hanya sekitar 15 menit per hari.
Beban kerja peternak berkurang, sapi lebih sehat, dan berat badan sapi meningkat rata-rata 0,3–0,8 kilogram per hari.
“Dulu membersihkan kandang melelahkan dan sering membuat sesak napas karena bau amonia. Sekarang jauh lebih ringan, sapi lebih sehat, dan kotorannya bisa diolah jadi pupuk untuk dijual. Kami merasa sangat terbantu dengan adanya SmartCleaner ini,” ujar Painah, Ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur.
Menurut Anida Syafa Hapsari, keberlanjutan program menjadi perhatian utama.
“Kami tidak ingin SmartCleaner berhenti sebagai proyek penelitian saja. Karena itu, edukasi soal pentingnya kesehatan kandang terus kami lakukan, agar inovasi ini benar-benar bisa dipakai jangka panjang oleh peternak,” katanya.
Program SmartCleaner selaras dengan Asta Cita Nasional, terutama cita ketiga mengenai pembangunan ekonomi inklusif dan berkelanjutan serta cita keenam terkait lingkungan hidup berkelanjutan.
Dengan energi surya, sistem ini mendukung transisi energi hijau dan mengurangi jejak karbon.
“Inovasi ini bisa menjadi model penerapan teknologi terbarukan dan IoT di sektor peternakan rakyat Indonesia. Harapan kami, kesejahteraan peternak meningkat, lingkungan lebih sehat, dan ketahanan pangan nasional semakin kuat,” ujar Veri Saputra.
Bagi UNY, SmartCleaner menjadi bukti nyata semangat UNY Berdampak.
Mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga menghadirkan solusi konkret untuk masyarakat.
Proyek ini memperlihatkan semangat Diktisaintek Berdampak, yakni transformasi iptek yang menjawab tantangan nyata di lapangan sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). (*)
| 16 Tim Siap Berlaga di LIPEG X 2025 |
|
|---|
| Gunungkidul Sumbang Hampir Separuh Produksi Beras DIY, Pemerintah Dorong Optimalisasi Lahan |
|
|---|
| Triwulan Ketiga 2025, Hasil Tangkapan Ikan Gunungkidul Capai 289 Ribu Kilogram |
|
|---|
| Tanaman Cabai di Gunungkidul Terserang Hama, DPP Pastikan Produksi Tetap Aman |
|
|---|
| Siapkan pelaksanaan TKA 2026, Disdik Gunungkidul: Proses Penyusunan Soal Dikebut |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Mahasiswa-UNY-ciptakan-SmartCleaner.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.