Mahasiswa UNY Kembangkan Briket Jerami di Wonosari Gunungkidul
Program ini dilaksanakan oleh 10 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Reguler (KKNR) 11200 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Jerami yang selama ini dianggap limbah pertanian di Dusun Praon, Wonosari, Gunungkidul, kini dimanfaatkan menjadi briket berkat program pemberdayaan masyarakat mahasiswa KKN UNY.
Program ini dilaksanakan oleh 10 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Reguler (KKNR) 11200 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Mereka berkolaborasi dengan warga untuk mengolah jerami padi yang kerap hanya dibakar usai panen menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Kesepuluh mahasiswa tersebut adalah Berliana Dwi Lestari, Aqheela Aphrodita Zainfa, Destri Amalia Widodo, Khairunissa Shabrina, Muhammad Izzudin Al Azzam, Nur Haliza Triyana, Rifka Yunanda, Riko Alif Utama, dan Satria Bagus Rhyan Dhyta.
Ketua KKNR 11200 UNY, Muhammad Izzudin Al Azzam, menegaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan nilai tambah pada jerami.
“Dengan diolah menjadi briket, jerami dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang lebih murah, mudah dibuat, dan ramah lingkungan. Selain itu, briket juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kayu bakar dan gas elpiji yang harganya kerap fluktuatif,” ujarnya.
Proses pembuatan briket dipandu oleh Destri Amalia Widodo dan Rifka Yunanda.
Destri menjelaskan tahapan pembuatan briket dimulai dengan memotong jerami kecil-kecil, lalu dijemur hingga kering.
Baca juga: Kuliah Umum di FISIP UNY, Wakil Ketua MPR RI Ibas Soroti Fenomena Perubahan Iklim
Setelah itu, jerami dikarbonisasi atau setengah dibakar hingga menghasilkan arang, kemudian digiling hingga berbentuk bubuk halus.
“Sementara itu tepung tapioka dimasak dengan air hingga mengental, lalu dicampurkan ke dalam bubuk arang jerami,” kata Destri.
Adonan kemudian dicetak berbentuk segi empat dengan ukuran sesuai kebutuhan. Briket yang sudah dicetak dijemur hingga kering dan keras sebelum digunakan.
Menurut Rifka, briket jerami memiliki keunggulan dibandingkan arang biasa.
“Briket menghasilkan panas yang lebih stabil, tidak banyak menimbulkan asap, tidak berbau, serta lebih bersih saat digunakan. Selain itu, briket relatif lebih tahan lama, mudah disimpan, dan tidak cepat hancur,” paparnya.
Keterlibatan warga terlihat dalam seluruh proses, mulai dari menyiapkan jerami hingga mencoba langsung briket yang dihasilkan.
Warga menyambut baik pelatihan ini karena memberi keterampilan baru yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti memasak atau menghangatkan air.
Kasus Laptop Mahasiswa KKN di Bantul Hilang Saat Ditinggal di Posko |
![]() |
---|
60 Guru PAUD di Kota Jogja Dibekali Keterampilan Berbicara di Depan Publik |
![]() |
---|
Kuliah Umum di FISIP UNY, Wakil Ketua MPR RI Ibas Soroti Fenomena Perubahan Iklim |
![]() |
---|
Penjelasan UNY soal Ribuan Ijazah Wisudawan Terlambat Keluar, Rektor Targetkan Tuntas Bulan Depan |
![]() |
---|
Ribuan Ijazah Wisudawan UNY Terlambat Keluar, Rektor Sebut Tinggal 30 Persen yang Masih Diproses |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.