Pakar UGM Sebut Cuaca Ekstrem Perlu Dijawab dengan Tata Ruang Berbasis Mitigasi Bencana
Peristiwa banjir bandang yang melanda Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada September 2025 menjadi perhatian serius.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Kawasan hutan di lereng Gunung Merapi menjadi salah satu wilayah konservasi untuk pelestarian air di wilayah DIY
Di sisi lain, masyarakat diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan dengan langkah sederhana seperti membuat sumur resapan, biopori, menjaga ruang terbuka hijau, serta disiplin tidak membuang sampah ke sungai.
Dengan tata ruang yang terkendali, kebijakan berbasis mitigasi, dan komunitas yang tangguh, risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dapat ditekan.
Sebab, bencana bukan hanya persoalan alam, melainkan juga cerminan bagaimana manusia mengelola ruang hidupnya. (*)
Baca Juga
| Info Pendidikan: EHEF 2025 Hadir di GIK UGM, 87 Kampus Eropa Tawarkan Beasiswa |
|
|---|
| Simpang Siur Isu Pertalite Campur Etanol, Ini Analisis Akademisi UGM |
|
|---|
| Hujan Beberapa Hari, Puluhan Hektare Lahan Pertanian di Kulon Progo Terendam |
|
|---|
| PLN Jateng DIY Gerak Cepat Amankan Kelistrikan dan Salurkan Bantuan Sembako bagi Korban Banjir |
|
|---|
| Pakar UGM Sebut Judi Online Ciptakan Rantai Kerentanan Sosial Baru di Indonesia |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.