Perkuat Program Emberisasi, Pemkot Yogya Targetkan Satu Kelurahan Satu Off Taker

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Rajwan Taufiq, menyampaikan, saat ini sudah ada tiga off taker

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Pengendara sepeda motor melintasi depo sampah di kawasan Pengok, Kota Yogya, yang tampak melebihi kapasitas, Selasa (9/9/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM - Pemkot Yogyakarta mematok target setiap kelurahan bisa dihimpun satu off taker yang siap membeli limbah organik basah yang terkumpul dari masyarakat.

Sebagai informasi, sampah organik basah itu terkumpul melalui program emberisasi yang berangkat dari budaya pemilahan di level hulu, kemudian disalurkan ke transporter

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Rajwan Taufiq, menyampaikan, saat ini sudah ada tiga off taker yang akan dihubungkan dengan penggerobak.

Selain peternak ayam atau lele, pembudidaya maggot, hingga komposter, off taker bisa juga berasal dari pengepul yang biasa mendistribusikan olahan limbah organik.

"Ini kan baru awal, harapannya nanti setiap kelurahan ada off taker. Karena saya membayangkan ya, kalau sudah berjalan, semakin banyak sampah organik yang bisa terkumpul," ujarnya, Jumat (19/9/25).

"Makanya, kami berharap, satu kelurahan bisa satu off taker, supaya waktu pengambilannya bisa lebih cepat, tepat dan disiplin," tambah Rajwan

Meski demikian, ia menggarisbawahi, Pemkot Yogyakarta menyerahkan sepenuhnya proses transaksi limbah organik basah itu kepada paguyuban penggerobak dan off taker.

Dalam artian, hubungan yang terjalin murni B2B (Business to Business) tanpa ada campur tangan atau intervensi dari pemerintah daerah.

"Kalau langsung kan mekanismenya bisa terkeloa dengan baik, antara off taker dengan paguyuban. Jadi, kami tidak terlibat dalam transaksi jual beli tersebut," ungkapnya.

Sementara, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyebut, keberadaan off taker sangat diperlukan untuk menyerap limbah organik basah yang terkumpul dari rumah tangga.

Sehingga, diharapkan, banderol yang ditetapkan bagi off taker yang hendak memanfaatkannya pun sebisa mungkin jangan terlampau mahal.

"Off taker banyak, mudah-mudahan kita ngga ada kesulitan untuk mendapat off taker. Yang penting, harganya tidak tinggi. Pengepulnya senang pasti, apalagi kalau dikasih gratis," ucapnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved