Pinsar Jateng-DIY Sambut Baik Program SPHP Jagung, Harga Pakan Lebih Murah 

Melalui program SPHP tersebut, peternak dapat membeli jagung dengan harga Rp 5.500 per kilogram.

PEXELS/klaus nielsen
PROGRAM SPHP: Ilustrasi foto telur ayam. Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jateng-DIY menyambut baik program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung kepada peternak.  

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jateng-DIY, Parjuni, menyambut baik program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung kepada peternak. 

Melalui program SPHP tersebut, peternak dapat membeli jagung dengan harga Rp 5.500 per kilogram.

Parjuni mengatakan harga jagung naik bertahap sejak Juni 2025. Harga naik dari Rp 5.300 menjadi Rp 6.100, kemudian Rp 6.400, dan pada Agustus 2025 mencapai Rp 7.100.

“Dengan SPHP jagung, harga pakan tidak naik, sehingga HPP untuk telur dan ayam stabil, nggak terlalu tinggi. Harga Rp 5.500 itu sudah aman juga di petani, petani jagung nggak rugi,” katanya, Jumat (12/09/2025).

Berdasarkan informasi yang ia terima, SPHP jagung kan disalurkan pekan depan. Ia pun meminta pemerintah untuk melakukan pengawasan serius soal penyaluran SPHP jagung. 

Subsidi pemerintah harus dipastikan penerima manfaat adalah peternak. Distribusi pun harus diawasi sungguh-sungguh, jangan sampai salah sasaran.

“Makanya datanya juga harus lengkap. Kalau penerimanya bukan peternak, kan berarti salah juga datanya. Kemarin disepakati penerimanya peternak kecil dulu, populasi di bawah 11 ribu kalau nggak salah,” sambungnya.

Menurut dia, yang harus diwaspadai adalah broker. Ia menilai, broker memiliki kekuatan finansia, sehingga bisa mengendalikan stok dan harga. 

Itulah sebabnya, pemerintah harus jeli dalam melakukan pengawasan. Jika menemukan broker menyimpan lebih dari 1-2 minggu, artinya jagung akan ditimbun.

Praktik itulah yang selama ini dilakukan broker atau pedagang jagung. Peternak mau tidak mau membeli jagung dengan harga yang ditawarkan broker.

“Broker yang mengatur harganya, broker tahu kalau peternak nggak punya stok makanya dijual mahal. Awalnya nggak mau beli, tetapi kami kan stok kami terbatas. Mau nggak mau ya beli ke broker dengan harga tinggi. Makanya pemerintah dalam melakukan pantauan harus jeli,” imbuhnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved