Ekonom UGM Sebut UKM Paling Terdampak Imbas Demo Besar-besaran, Omzet Harian Hilang

Stabilnya kondisi sosial dan politik menjadi salah satu tumpuan aspek ekonomi untuk tumbuh.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA / Almurfi Syofyan
ILUSTRASI : Foto dok ilustrasi Massa aksi di Mapolda DIY pada Jumat (29/8/2025) malam. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gelombang demo besar dan aksi huru-hara yang terjadi pada akhir pekan lalu sedikit banyak berdampak pada kondisi ekonomi nasional, menurunnya kepercayaan pasar, dan kekhawatiran dunia internasional dengan tindakan beberapa negara yang memberikan peringatan kunjungan (travel warning) ke Indonesia.

Ekonom UGM, Denni Puspa Purbasari, S.E., M.Sc., Ph.D., mengatakan melemahnya kepercayaan pasar dan penurunan ekonomi sangat wajar terjadi sebagai imbas dari gelombang aksi unjuk rasa

Sebab, stabilnya kondisi sosial dan politik menjadi salah satu tumpuan aspek ekonomi untuk tumbuh.

“Untuk tumbuh, ekonomi perlu stabilitas politik sebagaimana dalam Trilogi Pembangunan zaman Presiden Soeharto yang menegaskan itu,” ujarnya, Kamis (4/9/2025), di FEB UGM.

Menurutnya, gagasan pembangunan tersebut memiliki tiga pilar penghubung, yaitu Stabilitas Nasional yang dinamis, Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, dan Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya. 

Erat kaitan ketiganya mengakar pada dasar pembangunan Indonesia yang ditilik masih relevan pada masa sekarang ini.

Dilihat dari tingkat kepercayaan pasar, menurut Denni dapat dilihat dari data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Jika melihat pada periode puncak demonstrasi, dari Kamis (28/8) ke Senin (1/9), IHSG turun 2,7 persen atau setara 7.952,09 ke 7.736,07, sama halnya terjadi penurunan sebesar kurang lebih Rp 385–391 triliun.

“Ini merefleksikan confidence pelaku pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia menurun, dan sebaliknya risikonya malah dipersepsikan meningkat,” jelasnya.

Denni menilai, kondisi sosial dan politik sekarang ini memang menurunkan kepercayaan pasar terhadap dunia usaha di Indonesia, tidak terkecuali. 

Risiko tersebut mencakup keseluruhan pasar (market risk), yang tercermin pada pergerakan IHSG. 

Namun demikian, tidak semua harga saham anjlok karena ada sektor atau perusahaan tertentu yang memiliki katalis positif pada saat bersamaan.

Di tengah kondisi yang tidak nyaman, kata Denni, pelaku usaha pastinya perlu bertahan dan melakukan mitigasi akan bisnisnya. 

Pencegahan tersebut lumrah dimiliki oleh perusahaan besar yang cenderung memperhatikan manajemen, network, capital, dan instrumen pengaman seperti asuransi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved