Kronologi Pembuatan Mural 'Reset Sistem' dan 'Awas Intel' di Yogyakarta hingga Akhirnya Dihapus

Mural bertuliskan 'Awas Intel' dan 'Reset Sistem' yang mereka buat di Jembatan Kewek dan Jokteng Wetan, Yogyakarta, tak bertahan lama.

Dok.Istimewa
Mural di Jokteng Wetan 

Dialog pun berlangsung panjang. Pria yang diduga polisi tersebut mencoba memberi penjelasan terkait kasus mahasiswa Amikom, Rheza Sendy Pratama, yang meninggal dan sempat diangkat lewat mural.

“Mereka mencoba mengelak, memberi narasi bahwa korban jatuh dan patah tulang. Padahal kami tahu belakangan tubuh korban babak belur,” kata Kinky.

Setelah mural rampung, tiga orang diduga polisi kembali mendatangi mereka. Kali ini, tuntutannya berbeda.

“Intinya, mereka menuntut agar karya hanya berisi hal-hal indah. Kami menolak, karena bagi seniman, indah itu relatif. Saat ada krisis nasional, tidak mungkin kami hanya melukis pemandangan,” ujar Kinky.

Kinky pun menegaskan, mereka berusaha menjelaskan bahwa aksi mereka dilindungi hukum.

Namun, situasi sempat mencekam. Sekitar pukul 20.00, Kinky dan kawan-kawan hampir dijemput oleh pihak kepolisian.

“Ada truk polisi, sepertinya akan menjemput kami. Tapi karena kami bisa berdialog dan mereka mati kutu, akhirnya ada tiga orang lagi yang datang, bilang bahwa 'Ayo Jaga Jogja dan sebagainya. Padahal ini kan bicara nasional, saya pun bilang kalau karya ini njenengan bredel, ini akan jadi isu nasional dan blunder lagi untuk institusi kalian," ujarnya.

"Tapi mereka tidak mendengar suara kami," tambahnya.

Selasa (2/9/2025) pagi, mural tersebut sudah tidak utuh lagi.

Tulisan 'Awas Intel' telah ditimpa cat merah, sementara mural polisi menindas hilang sama sekali.

Tulisan 'Reset Sistem' masih terlihat, tetapi posisinya juga terancam dihapus.

Bagi mereka, penghapusan ini merupakan bentuk pemberangusan.

“Tidak ada institusi yang berhak membatasi ruang seni. Kami turun ke jalan karena suara kami tidak didengar. Semua biaya mural ditanggung sendiri dari iuran sukarela. Tapi ketika turun, keselamatan tidak ada jaminan,” ungkapnya.

Kinky menekankan bahwa mural itu bukan karya komunitas tertentu, melainkan hasil inisiatif individu dengan keresahan yang sama.

“Mural dibuat oleh sekitar 20 orang, tapi bukan atas nama komunitas. Ini murni inisiatif individu. Kami sepakat berkarya sebagai pekerja seni untuk merespons situasi nasional,” ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved