Disdikpora DIY Perketat Pengawasan Program MBG setelah Kasus Keracunan Massal
Disdikpora Daerah Istimewa Yogyakarta memperketat pengawasan terhadap pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta memperketat pengawasan terhadap pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah.
Langkah ini dilakukan menyusul sederet kasus keracunan massal yang terjadi sepanjang 2025 dan menimpa ratusan siswa, guru, serta karyawan sekolah.
Kepala Disdikpora DIY, Suhirman, mengatakan pihaknya telah mengeluarkan imbauan kepada sekolah agar lebih berhati-hati dalam mendistribusikan makanan MBG.
“Kami memang sudah menyarankan ke sekolah-sekolah dan guru-guru agar mengamati makanan sebelum dikonsumsi. Jika ada rasa atau bau yang mencurigakan—misalnya agak basi—sebaiknya segera dilaporkan. Setiap sekolah biasanya ada tim, dan siswa mengambil jatah makanan dari situ. Kami sarankan agar tim sekolah memeriksa terlebih dahulu,” ujarnya, Jumat (22/8/2025).
Ia menambahkan, komunikasi dengan penyedia makanan juga terus diperketat.
“Kemarin kami sudah meminta pihak terkait agar lebih hati-hati dalam distribusi makanan. Itu yang menjadi fokus utama,” kata Suhirman.
Disdikpora juga menekankan pentingnya peran guru untuk memantau kondisi siswa setelah mengonsumsi makanan.
“Guru juga harus mengamati siswa setelah makan, apakah ada keluhan atau tanda-tanda tidak enak badan. Selain itu, beberapa sekolah sudah melakukan pengecekan cepat ke puskesmas saat ada gejala keracunan. Penanganannya sejauh ini cukup cepat,” jelasnya.
Baca juga: Respons Hasil Lab Penyebab Keracunan MBG di Wates, SPPG Janji Jaga Prosedur Pengolahan
Menurut Suhirman, sebagian siswa terdampak langsung mendapatkan perawatan di puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Ia menyebut pemerintah juga memiliki program pemeriksaan kesehatan gratis untuk sekolah, meskipun bukan bagian langsung dari MBG.
“Sekarang memang sudah ada program pemeriksaan kesehatan gratis untuk semua sekolah, walaupun pelaksanaannya masih bertahap. Tapi ini bukan karena (keracunan massal) MBG, itu bukan, melainkan program kesehatan dari pemerintah,” katanya.
Meski evaluasi rutin telah dilakukan, kasus keracunan massal masih terus terjadi.
Teranyar, ratusan siswa dari tiga SMP di Kecamatan Mlati, Sleman—SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Muhammadiyah Mlati—dilaporkan mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG.
Sebelumnya, pada akhir Juli 2025, insiden serupa terjadi di Kabupaten Kulonprogo dan menimpa siswa SMP Muhammadiyah 2 Wates serta SMP Negeri 3 Wates.
Pada Juni 2025, kasus keracunan juga dialami sejumlah siswa TK ABA Kasatriyan Wates, Kulonprogo. (*)
Komentar Sri Sultan HB X soal Keracunan MBG di Jogja dan Sanksi untuk SPPG Menurut Undang-Undang |
![]() |
---|
Soal Kasus Keracunan MBG, Sri Sultan HB X Soroti Manajemen Dapur dan Jumlah Tenaga Masak |
![]() |
---|
Anggaran MBG Rp76,3 Miliar dari APBD Sleman Dialihkan untuk Pelayanan Dasar, Ini Rinciannya |
![]() |
---|
Sekolah di Gunungkidul Angkat Bicara soal Belasan Siswa yang Diduga Keracunan MBG |
![]() |
---|
Poin Pernyataan Program MBG di Brebes Jadi Sorotan, Ada Tak Menuntut Jika Keracunan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.