Respons Hasil Lab Penyebab Keracunan MBG di Wates, SPPG Janji Jaga Prosedur Pengolahan

Makanan dari program MBG tersebut dibuat oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kalurahan Kulwaru, Wates.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
KERACUNAN - Foto dok ilustrasi. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kulon Progo, Arif Mustofa (kiri, batik biru) saat meninjau kondisi pelajar di SMP Muhammadiyah 2 Bendungan, Kapanewon Wates, Kamis (31/07/2025). Ratusan pelajar di Wates Kulon Progo dilaporkan mengalami gejala keracunan makanan, 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo merilis hasil pemeriksaan laboratorium untuk sampel menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diduga menyebabkan keracunan massal pada ratusan pelajar di Kapanewon Wates, Juli lalu.

Hasil pemeriksaan menyatakan makanan atau menu MBG saat itu terkontaminasi bakteri.

Makanan dari program MBG tersebut dibuat oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kalurahan Kulwaru, Wates.

SPPG ini melayani sekitar 2.700 pelajar jenjang PAUD hingga SMA di Wates.

Penanggungjawab SPPG Dapur Sehati, Rizki Fadilah mengatakan sudah ada pertemuan dengan Dinkes Kulon Progo membahas hasil pemeriksaan laboratorium.

"Yang bertemu kemarin dari kepala dapur dan ahli gizi, kalau saya tidak ikut hadir," kata Rizki pada wartawan melalui sambungan telepon, Kamis (21/08/2025).

Meski tidak ikut hadir, ia mengetahui materi pembahasan dalam pertemuan tersebut. Salah satunya tentang hasil positif keberadaan bakteri pada makanan MBG yang dikonsumsi para pelajar saat itu.

Mengacu pada laporan hasil laboratorium dan penjelasan Dinkes Kulon Progo, Rizki mengatakan penyebab keracunan makanan bersifat multifaktor.

Artinya makanan yang terkontaminasi merupakan salah satu penyebab, bukan yang utama.

"Meski demikian kami tetap akan memaksimalkan lagi pemenuhan standar prosedur pengolahan makanan untuk MBG," ujarnya.

Pemenuhan standar prosedur tersebut seperti memastikan kebersihan bahan baku, penyimpanan, pengolahan, hingga pengemasan. Termasuk memastikan juru masak dalam kondisi bersih saat memasak.

Adapun seluruh juru masak sudah diwajibkan memakai Alat Pelindung Diri (APD) selama memasak. Namun ada evaluasi pada APD usai kejadian keracunan makanan tersebut.

"Misalnya mengganti sarung tangan dari sebelumnya berbahan plastik menjadi lateks," jelas Rizki.

Kepala Dinkes Kulon Progo, Sri Budi Utami sebelumnya mengatakan telah bertemu dengan pengelola SPPG untuk menyampaikan hasil laboratorium. Ia memberikan penjelasan sekaligus rekomendasi untuk SPPG tersebut.

Ia meminta agar pengelola SPPG mencermati kembali prosedur pengolahan dan penyiapan makanan MBG. Termasuk memastikan kebersihan bahan baku, peralatan masak, hingga kualitas air yang digunakan untuk memasak.

Menurutnya, tantangan terbesar program MBG adalah menyiapkan makanan dalam jumlah porsi besar. Apalagi setiap SPPG harus menyiapkan antara 2 ribu hingga 3 ribu makanan setiap harinya.

"Tantangan lainnya adalah waktu memasak yang cukup panjang karena harus dimulai malam hari, itu memunculkan risiko tinggi terjadinya kontaminasi makanan," jelas Budi ditemui pada Rabu (20/08/2025).(alx)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved