Pameran 'Hamong Nagari', Menilik Tatanan Pemerintahan Keraton Ngayogyakarta Lewat Busana

Penulis: Azka Ramadhan
Editor: Muhammad Fatoni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HAMONG NAGARI : Gubernur DIY yang juga Raja Kraton Yogyakarta saat membuka pameran Hamongnagari akhir pekan lalu

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebuah pameran bertajuk 'Hamong Nagari: Aparatur Nagari Yogyakarta', dilangsungkan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Pameran secara resmi dibuka pada Jumat (7/3/2025) lalu, melalui pertunjukan peragaan busana, yang memamerkan seragam aparatur nagari di Kraton Yogyakarta 

Panghageng Nityabudaya Keraton Ngayogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, mengatakan total terdapat 15 set busana yang diperagakan oleh lebih kurang 74 abdi dalem.

Busana yang mencerminkan pangkat dan status sosial tersebut, coba terus dilestarikan, meski beberapa jabatan dewasa ini sudah tidak ada lagi.

"Beberapa kesatuan, seperti Mandung Anirmolo, Blambangang dan Mandroprotomo, sudah tidak ditemukan lagi pascaPerang Jawa," katanya.

Dijelaskan, lewat pameran tersebut, pihaknya ingin menunjukkan kepada publik, bahwa Yogyakarta sudah memiliki tatanan pemerintahan sendiri, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya aparatur militer, kelembagaan lain seperti lembaga peradilan, pertanahan, hingga urusan pajak dan perekonomian, tercatat sangat detail.

"Keberadaan kelompok aparatur tersebut, masih bisa ditemukan hingga pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sebelum tahun 1942," ucapnya.

Baca juga: Penegasan Sri Sultan HB X soal Upaya Perangi TPPO di DIY, Begini Komitmen Kemenkumham

Pada masa pendudukan Jepang, aparatur nagari Ngayogyakarta lantas diubah sesuai dengan tatanan pemerintahan Yogyakarta sebagai sebuah kota. 

Ngarsa Dalem yang jumeneng saat itu, secara otomatis turut dilantik sebagai pimpinan tertinggi di daerah istimewa, atau disebut sebagi Kooti.

"Peristiwa ini menjadi titik balik dari hilangnya otonomi keraton dalam mengelola tata pemerintahan berbasis kota kerajaan," cetus GKR Bendara.

"Klimaksnya, terjadi pascaAgresi Militer Belanda II tahun 1950. Sejak saat itu, aparatur Ngayogyakarta berubah sepenuhnya seiring dengan kemerdekaan Indonesia," imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia berharap, pameran ini mampu membawa setiap pengunjung larut dalam informasi yang kompleks mengenai tatanan pemerintahan Yogyakarta. 

Pameran selaras rencana bakal dihelat sepanjang 7 Maret 2025 hingga 25 Agustus 2025 dan terbuka bagi segenap lapisan masyarakat.

Sementara, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, berujar, pameran ini menjadi menjadi ruang untuk menelusuri jejak panjang eksistensi Aparatur Nagari Ngayogyakarta.

Halaman
12

Berita Terkini