TRIBUNJOGJA.COM - Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta adalah kerajaan dan kediaman Raja Yogyakarta dari masa ke masa.
Diwartakan Tribunjogja.com, Sultan Hamengku Buwono I mulai membangun Keraton Yogyakarta pada 9 Oktober 1755.
Sejarah mencatat, selama proses pembangunan Kraton Jogja, Sri Sultan Hamengku Buwono I beserta keluarga tinggal di Pesanggrahan Ambar Ketawang.
Adapun Pesanggrahan Ambarketawang berada di kawasan Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Raja Keraton Yogyakarta bersama keluarga dan para pengikutnya mulai masuk dan tinggal di Kraton Jogja pada 7 Oktober 1756 atau dalam Kalender Jawa pada Kamis Pahing, 13 Sura 1682 Tahun Jawa (TJ).
Seperti tempat tinggal pada umumnya, tentu Keraton Yogyakarta juga memiliki dapur atau yang dalam Bahasa Jawa disebut “pawon”.
Kata pawon berasal dari kata dasar “awu” yang artinya “abu”.
Dapur di Jawa disebut pawon karena kondisi dapur tradisional selalu identik dengan keberadaan abu yang berasal dari tungku masak.
Pawon Keraton Yogyakarta tentu berbeda dari pawon rumah masyarakat pada umumnya.
Bagaimana tidak, Pawon Keraton Yogyakarta adalah tempat untuk memasak makanan dan membuat minuman bagi raja, keluarga raja, dan para pengikut raja.
Dapur Keraton Yogyakarta tentu jadi lebih istimewa.
Dirangkum Tribunjogja.com dari utas akun Twitter resmi Kraton Jogja @kratonjogja, berikut adalah penjelasan tentang Dapur Keraton Yogyakarta atau dikenal pula sebagai Pawon Keraton Yogyakarta.
Mengenal enam pawon di Kraton Jogja
Keraton Yogyakarta memiliki beberapa pawon yang disebut dengan “Pawon Ageng”.
Sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Keraton Yogyakarta memiliki 5 pawon utama, yaitu: