Perang Rusia Vs Ukraina

PM Polandia : Barat Jangan Lelah Hadapi Situasi di Ukraina

Penulis: Krisna Sumarga
Editor: Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KLAIM KYIV - Dua tentara berjalan di sekeliling tank-tank Rusia yang hancur di Bucha, pinggiran Kyiv, Ukraina, Minggu (3/4/2022). Tentara Ukraina menemukan jasad-jasad manusia yang tewas secara brutal dan kerusakan massal di pinggiran Kyiv, lalu meminta penyelidikan kejahatan perang dan sanksi baru terhadap Rusia.

TRIBUNJOGJA.COM, DAVOS - Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki memperingatkan para pemimpin barat agar tidak kehilangan minat untuk mendukung Kiev.

Mateusz Morawiecki curiga, pendukung Ukraina tampaknya tumbuh sedikit lelah dan menunjukkan keterlibatan emosional yang kurang dalam konflik yang sedang berlangsung.

Meski demikian ia melihat aliran persenjataan barat dan bantuan lainnya ke Kiev dan tekanan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Moskow. .

“Beberapa bulan yang lalu, diskusi berada pada tingkat emosional yang berbeda – dan ketertarikannya juga berbeda,” kata Morawiecki kepada stasiun TVP di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Rabu (18/1/2023).

“Barat, dunia bebas, sedikit lelah dan ingin hidup normal,” klaim Morawiecki.

“Hari ini, saya melihat ini dengan sangat jelas dan saya ingin memperingatkan para pemimpin dunia, karena Rusia sabar dan ingin memperketat cengkeramannya di Ukraina dalam jangka Panjang,” katanya.

“Semua orang ingin hidup normal, tetapi jika Ukraina jatuh, apakah itu akan menjadi kehidupan normal?” katanya retoris.

Baca juga: Polandia Akhirnya Akan Kirim Tank Leopard Buatan Jerman ke Ukraina

Baca juga: Polandia Protes Glorifikasi Stepan Bandera oleh Parlemen Ukraina

Ia menambahkan untungnya dia melihat konsensus luas tentang masalah Ukraina di antara para pemimpin barat di Davos.

Setelah Rusia meluncurkan operasi militernya di Ukraina Februari lalu, AS dan sekutunya memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow.

Barat membekukan setengah cadangan emas dan mata uang asingnya dan menargetkan ekspor energi Rusia.

Pembatasan, bagaimanapun, menyebabkan harga energi dan biaya hidup melonjak, memicu banyak protes di seluruh Eropa selama setahun terakhir.

Pejabat Ukraina berjanji untuk berperang sampai pasukan mereka menguasai semua wilayah yang dianggapnya milik negara itu.

Sementara para pemimpin di Washington dan Uni Eropa telah berjanji untuk membantu selama diperlukan.

Namun, menurut jajak pendapat minggu ini, kira-kira setengah dari orang-orang di sembilan negara Uni Eropa mendukung penyelesaian cepat konflik bersenjata di Ukraina.

Bahkan jika itu berarti Kiev harus melepaskan beberapa wilayah.

Halaman
12

Berita Terkini