Kekurangan Makanan, Monyet Ekor Panjang Serang Lahan Pertanian di Gunungkidul
Suroyo, warga Ulu-Ulu mengungkapkan, peningkatan populasi monyet ekor panjang menjadi masalah serius.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA- GUNUNGKIDUL - Serangan monyet ekor panjang (MEP) di kawasan pesisir Gunungkidul semakin mengkhawatirkan. Di musim kemarau ini, kawanan monyet merusak lahan pertanian warga karena stok makanan mereka yang menipis.
Suroyo, warga Ulu-Ulu Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus, mengungkapkan, peningkatan populasi monyet ekor panjang menjadi masalah serius.
"Sekarang ada sebelas titik persembunyian monyet di sini. Di sekitar lokasi tersebut, banyak lahan pertanian warga yang rusak," ujarnya, Rabu (13/8/2025).
Dia menuturkan sejumlah lahan yang terdampak antara lain di Padukuhan Duwet, Sureng, Gesing, Ngandong, hingga Gading. Menurutnya, pihaknya sudah mengupayakan pengusiran dengan cara tradisional seperti membunyikan petasan atau menunggui ladang hingga petang, namun hasilnya tidak efektif.
"Populasi terus berkembang, dan petani pun tak bisa panen jika masalah ini tidak segera ditangani," tambahnya.
Selain itu, dia melanjutkan, upaya memberikan makan monyet dengan menyediakan sekitar 85 kilogram ketela pohon setiap hari, juga belum dapat menekan gangguan monyet ke lahan pertanian warga.
"Upaya memberi makan itu dari Pemkab kan, diberi makan setiap hari. Tetapi populasi monyet tetap bertambah," ucapnya.
Warga pun berharap ada solusi yang lebih permanen untuk menekan pertumbuhan populasi monyet ini, agar tidak merugikan petani.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DIY Harry Sukmono mengatakan, upaya pengembalian monyet ekor panjang ke habitatnya sudah dilakukan namun memang belum bisa efektif.
"Kami sudah mengandeng Fakultas Kehutanan UGM , untuk melakukan kajian karakteristik monyet ekor panjang.
Namun, memang belum bisa maksimal, karena koloni monyet yang terus bertambah," kata dia.
Dia mengatakan berdasarkan data dan laporan yang masuk ke DLH, monyet ekor panjang berkonflik dengan manusia terjadi hampir di seluruh kapanewon. Terutama, di wilayah Selatan Gunungkidul yang paling banyak ditemukan populasi monyet ekor panjang.
"Kami terus mencoba memetakan karakteristik dari rekomendasi hasil kajian agar dapat melakukan penanganan lebih terukur dan terarah,"pungkasnya.
Dia mengatakan penanganan konflik manusia dan monyet ekor panjang sudah berjalan selama dua tahunan. Selama kurun waktu tersebut, pihaknya pun sudah melakukan berbagai upaya untuk langkah mitigasi, di antaranya memberi makanan secara langsung hingga
menanam tanaman yang bisa menghasilkan sumber makanan bagi monyet, seperti pohon beringin atau aren.
"Kemudian, mengembalikan pelindungnya yang dimaksud pelindung di sini yaitu pepohonan. Serta, memberikan ruang kepada monyet untuk membentuk ekosistem kembali untuk hidup," tuturnya.
Bapak-bapak di Bantul Sulap Rempah Jadi Produk Minuman Tradisional |
![]() |
---|
JCW Desak Presiden Prabowo Hentikan MBG, Buntut Maraknya Keracunan Menu Makan Bergizi Gratis |
![]() |
---|
Ijazah Tak Kunjung Terbit, Ribuan Lulusan UNY Tersandera Administrasi, Ini Tanggapan Wakil Rektor |
![]() |
---|
Program Sarjana Desa Kerjasama Pemdes Sidowayah Klaten dengan Tiga Serangkai University |
![]() |
---|
Polda DIY Serahkan 6 Tersangka Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon ke Kejati, Masuk Tahap II |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.