Kemarau Basah di DIY, BPBD Peringatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi
Sifat kemarau tahun ini yang tergolong pendek disertai anomali hujan membuat potensi bencana hidrometeorologi basah
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meningkatkan kewaspadaan menghadapi kemarau basah.
Sekadar informasi, puncak musim kemarau telah terlewati pada Juli 2025, tergolong pendek disertai anomali hujan membuat potensi bencana hidrometeorologi basah, seperti hujan disertai angin kencang dan hujan es, menjadi ancaman serius.
“Kesiapsiagaan pada masa peralihan 1–3 minggu perlu diwaspadai, terutama potensi angin kencang dan hujan es. Masyarakat harus mulai mengantisipasi sejak sekarang,” kata Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD DIY, R. Tito Asung Kumoro Wicaksono, Selasa (12/8/2025).
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), transisi dari kemarau menuju musim hujan akan terjadi pada akhir September hingga awal Oktober.
Adapun kemarau basah tahun ini diperkirakan berlangsung empat hingga lima bulan.
Pada kemarau basah, hujan dapat terjadi dengan intensitas ringan hingga lebat di tengah periode kemarau. BMKG memprakirakan curah hujan pada Agustus berkisar 21–150 milimeter (mm), September 51–200 mm, dan Oktober dapat mencapai 151–500 mm.
Musim kemarau tahun ini termasuk pendek dan sifat hujannya bervariasi. Artinya, di satu sisi ada potensi kekeringan, tetapi di sisi lain ada risiko hujan ekstrem.
Kesiapan Peralatan dan Logistik
BPBD DIY memastikan ketersediaan 13 tangki air berkapasitas total 65.000 liter untuk membantu wilayah terdampak kekeringan. Bantuan akan dikerahkan bekerja sama dengan Baznas dan Palang Merah Indonesia (PMI).
BBWS Serayu-Opak (BBWS-SO) juga menyiagakan pompa air, tangki, dan peralatan lain yang dapat dipinjam masyarakat maupun instansi, tergantung ketersediaan.
Baca juga: BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Hujan Ekstrem, Gelombang Tinggi hingga 16 Agustus
Untuk penanganan sementara longsor, BBWS-SO dan BPBD DIY menyiapkan geobag berisi pasir atau lumpur.
Namun, stok bronjong kawat untuk penanganan darurat terbatas.
“Posisi stok di BPBD habis terdistribusi saat siaga darurat hidrometeorologi lalu. BBWS-SO juga terbatas, sementara dukungan dari pusat belum turun,” kata Tito.
BPBD meminta seluruh instansi teknis, mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota, mempercepat pengerukan sedimen di saluran drainase agar aliran air hujan lancar saat musim penghujan tiba.
Pemangkasan dahan dan ranting pohon juga diminta dilakukan Dinas Lingkungan Hidup setempat, dibantu BPBD kabupaten, untuk mencegah tumbangnya pohon saat angin kencang.
BPBD DIY Catat 62 Laka Laut Hingga Akhir Agustus 2025, 10 Nelayan Dilaporkan Meninggal |
![]() |
---|
BMKG Prediksi Musim Hujan Datang Lebih Awal, Pakar UGM Minta Mitigasi Dipercepat |
![]() |
---|
Jelang Musim Hujan, Ini Kawasan Rawan Potensi Bencana Hidrometeorologi di DIY |
![]() |
---|
Imogiri Masuk Peta Rawan Banjir, BPBD DIY Perbarui Peta Bencana Hidrometeorologi |
![]() |
---|
Kemarau Basah, Gunungkidul Masih Aman dari Ancaman Kekeringan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.