Tanggapan Bupati Bantul soal Fenomenan Bendera One Piece: Itu Kan Cuma Bendera Film Kartun

Halim menyebut bahwa pihaknya tidak punya alasan untuk melarang mengibarkan bendera One Piece.

Dok. Pemkab Bantul
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki alasan pelarangan soal pemasangan bendera One Piece.

Sebab, ia menilai bahwa bendera One Piece adalah bendera mainan.

"Perlu saya sampaikan bahwa bendera-bendera mainan kayak gitu itu kan apa makna bagi kita semuanya? Wong itu bendera dari film kartun. Sejauh itu ya hanya untuk mainan," kata dia, Rabu (6/8/2025).

Halim menyebut bahwa pihaknya tidak punya alasan untuk melarang mengibarkan bendera One Piece.

Demikian pula dengan bendera bergambar Gus Dur saat pelaksanaan salawatan kerap dikibarkan. 

"Kan kita tidak bisa melarang. Lalu, mengibarkan bendera Persiba (Bantul) misalnya. Itu kan juga enggak bisa melarang. Jadi bukan kok mengizinkan, (kami) tidak melarang. Karena kita memang kita tidak punya alasan untuk melarang. Apa coba alasan melarang wong itu bendera mainan saja," jelas dia.

"Wong saya sendiri saja enggak paham. Dan saya memahaminya itu hanya bendera mainan saja. Bendera yang terinspirasi dari film kartun. Ya kecuali kalau ada indikasi berbahaya ya kita larang. Gitu saja," imbuhnya.

Baca juga: Kisah Sepasang Pengantin Asal Bantul: Sempat Pisah Puluhan Tahun, Kini Ikut Nikah Bareng

Artinya, apabila bendera One Piece dipasang dengan maksud untuk memecah belah persatuan bangsa, jelas akan dilarang oleh Halim. 

Ia pun menyarankan, agar masyarakat tidak memasang bendera one piece di bawah bendera Merah Putih saat menjelang Peringatan ke-80 Republik Indonesia. 

"Kalau sebaiknya ya jangan (satu tiang dengan posisi bendera Merah Putih di atas dan bendera One Piece di bawah), supaya kita lebih fokus pada menginternalisasi nilai nasionalisme, nilai patriotisme kita," tuturnya. 

"Bendera Merah Putih saja, enggak usah ditambah-tambahi kan aneh. Nanti yang lain ikut-ikutan bagaimana coba? Jadi sesuatu yang tidak lazim di dalam acara yang sudah formal, itu ya jangan," sambungnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved