Strategi Dunia Usaha di DIY Hadapi Gejolak Ekonomi Global

Gejolak ekonomi global saat ini membawa dampak nyata hingga ke daerah, termasuk Yogyakarta.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Dok Tribun Jogja
TRIBUNJOGJA PODCAST : Wakil Ketua Apindo DY Timotius Aprianto dalam acara Tribun Jogja Podcast yang dilaksanakan pada Rabu (30/7/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Gejolak ekonomi global saat ini membawa dampak nyata hingga ke daerah, termasuk Yogyakarta.

Terus langkah apa yang harus dilakukan untuk menghadapi dinamika itu supaya perekonomian di DIY tetap bisa bertahan?

Salah satu kunci untuk tetap survive dan terus berkembang di tengah gejolak ekonomi global ini adalah kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat.

Hal itu disampaikan langsung oleh Wakil Ketua APINDO DIY Timotius Aprianto dalam acara Tribun Jogja Podcast yang digelar pada Rabu (30/7/2024).

Menurut Timotius, berbagai krisis multidimensi sudah berkali-kali mengguncang dunia.

Mulai dari pandemi Covid-19, invasi Rusia ke Ukraina, hingga situasi politik internasional, termasuk kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.

Gejolak-gejolak itu berdampak langsung terhadap perekonomian dunia, termasuk di Indonesia, hingga ke wilayah DIY.

Harga energi dan biaya logistik melonjak, serta melemahnya daya beli masyarakat 

Salah satu dampak yang sangat dirasakan di DIY adalah menurunnya nilai ekspor.

Pada tahun 2022, ekspor DIY bisa menembus USD 583 juta.

Namun pada 2023, nilai ekspor DIY turun sebesar 19 persen.

Dengan berbagai kebijakan dan langkah yang diambil baik oleh pemerintah maupun swasta, pada 2024, ekspor DIY mampu bangkit dan kembali menembus angka USD 540.

Komoditas unggulan DIY meliputi tekstil, kerajinan, furniture, serta kulit masih mendominasi ekspor DIY, dimana Amerika Serikat sebagai pasar utama.

Timotius juga menyoroti tekanan berat yang dihadapi oleh sektor UMKM di DIY.

Meskipun jumlah pelaku UMKM terus meningkat mencapai lebih dari 345 ribu, tren penurunan omzet dan lesunya pasar menjadi tantangan besar.

Selain itu, dampak dari gejolak ekonomi global adalah meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK).

Data mencatat, hingga Juni 2025 sudah lebih dari 2.500 pekerja terkena PHK di DIY. Ini menandakan ancaman resesi nyata jika tak segera ditanggulangi.

Diperlukan langkah konkrit dan strategi yang tepat sehingga ekonomi DIY tetap bisa bertahan, bahkan berkembang di tengah situasi ekonomi yang sedang bergejolak.

Timotius mengungkapkan, kunci pemulihan dan ketangguhan ekonomi DIY terletak pada kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat.

 “Pemerintah DIY harus menyiapkan ekosistem ekonomi yang responsif dengan reformasi birokrasi dinamis dan akuntabel,” ucapnya.

Timotius optimis DIY mampu melewati tantangan lesunya ekonomi global ini karena Yogyakarta memiliki keunggulan pada ekonomi berbasis budaya dan kearifan lokal.

" Behavioral economics yang menjunjung nilai-nilai luhur seperti tuno satak bathi sanak menjadi fondasi penting dalam membangun ekonomi masa depan yang inklusif dan tangguh,"jelasnya.

" Dalam krisis, selalu ada peluang. Dengan sinergi dan semangat gotong royong, dunia usaha Yogyakarta diyakini mampu bertahan dan bahkan melompat lebih tinggi dalam peta ekonomi nasional dan global,"pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved