Sri Sultan HB X Sebut Dunia Hadapi Tantangan Ketersediaan Pangan, Mentan Apresiasi Kontribusi DIY

Sri Sultan menyebut, dunia menghadapi tantangan besar dalam hal ketersediaan pangan akibat pertambahan penduduk global

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, ditemui di Kompleks Kepatihan, Selasa (29/7/2025). ( 

TRIBUNJOGJA.COM- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan pentingnya transformasi ketahanan pangan berbasis masyarakat dan budaya lokal melalui program Lumbung Mataraman. 

Penegasan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian (Rakordal) Triwulan II Tahun 2025 Pemerintah Daerah DIY yang digelar di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (29/7/2025).

Sri Sultan menyebut, dunia menghadapi tantangan besar dalam hal ketersediaan pangan akibat pertambahan penduduk global dan tekanan terhadap lahan.

“Kita dihadapkan pada tantangan global. Di tahun 2050, dunia diperkirakan akan dihuni 9,6 miliar jiwa. Pola migrasi ke kota meningkat, sementara tekanan terhadap lahan pertanian dan sumber daya makin tinggi,” ujarnya.

Rakordal kali ini mengusung tema “Penguatan Ketahanan Pangan di DIY melalui Transformasi dan Optimalisasi Lumbung Mataraman” yang sejalan dengan Rencana Pangan Nasional 2025–2029. DIY disebut menghadapi tantangan nyata, mulai dari rendahnya diversifikasi konsumsi pangan bergizi, tingginya food loss, hingga ancaman alih fungsi lahan dan minimnya regenerasi petani.

Sri Sultan memaparkan bahwa konsep Lumbung Mataraman bukan sekadar gudang penyimpanan, melainkan sistem pertanian rumah tangga dan kelompok tani yang mengusung filosofi “Nandur Opo Sing Dipangan, Mangan Opo Sing Ditandur”. “Konsep ini bukan hanya soal swasembada pangan, tapi juga kemandirian dan kedaulatan pangan berbasis masyarakat,” jelasnya.

Lumbung Mataraman ditargetkan berkembang di tingkat kalurahan/kelurahan dengan fokus pada komoditas unggulan seperti padi, jagung, hortikultura, perikanan, dan peternakan. Sri Sultan juga meminta agar para pemenang Lomba Kalurahan dan Kelurahan 2025 memimpin transformasi ini di wilayahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, memuji langkah Pemda DIY dalam memperkuat ketahanan pangan

“Jogja termasuk provinsi dengan ketahanan pangan yang baik. Ketersediaannya meningkat, dan kontribusi sektor pangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai lebih dari 14 persen, ini lebih tinggi dari rata-rata nasional,” ujar Menteri Andi.

Ia juga mengapresiasi Rakordal sebagai instrumen evaluasi yang efektif. “Yang paling menarik adalah evaluasi triwulan ini. Dari sini kita bisa melihat perjalanan pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor,” katanya.

Kepala Bapperida DIY, Ni Made Dwi Panti Indrayanti, memaparkan bahwa ekonomi DIY tumbuh 5,11 persen (yoy) pada Triwulan I 2025, tertinggi kedua di Pulau Jawa. 

Sektor pertanian dan perdagangan menjadi penyerap tenaga kerja utama, sedangkan tingkat pengangguran lebih rendah dari rerata nasional. Dari sisi kesejahteraan, angka kemiskinan turun menjadi 10,23 persen dan gini ratio juga menunjukkan perbaikan.

“Seluruh kecamatan di DIY tercatat dalam kategori Ketahanan Pangan Tahan dan Sangat Tahan pada 2024,” kata Ni Made.

Inflasi disebut terkendali meskipun tren kenaikan perlu diwaspadai. Kinerja ekspor DIY meningkat hingga Mei 2025, terutama bahan baku, serta sektor pariwisata yang menunjukkan pertumbuhan signifikan, dengan Sleman menjadi tujuan utama wisatawan domestik dan mancanegara, seperti dari Malaysia, Singapura, dan Tiongkok.

Namun, Ni Made juga mencatat adanya deviasi 10,62 persen pada realisasi keuangan karena efisiensi belanja dan keterlambatan transfer dari pusat. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved