Tekan Stunting, Pemkot Yogyakarta Gandeng Korporasi Gulirkan Program Orang Tua Asuh
Pemkot Yogyakarta menggulirkan program orang tua asuh sebagai upaya pendampingan untuk pencegahan stunting.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemkot Yogyakarta menggulirkan program orang tua asuh sebagai upaya pendampingan untuk pencegahan stunting.
Program bertajuk Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) itu ditempuh eksekutif dengan menggandeng deretan korporasi.
Beberapa diantaranya, PT Sari Husada Griya Mahardika, Radio Sonora, STIKES Bethesda, dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Yogyakarta.
Kemudian, Baznas Kota Yogyakarta, Wanita Katolik Republik Indonesia, BSI Maslahat, Bank Jogja, BPJS Ketenagajerjaan, hingga Bank BPD DIY.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta, Retnaningtyas, menjelaskan, hingga Juli 2025 terdapat 613 sasaran yang didampingi orang tua asuh.
Dengan rincian, bayi dengan usia di bawah dua tahun atau baduta ada 485 sasaran, ibu hamil 116 sasaran, serta ibu menyusui 12 sasaran.
"Mereka mendapat pendampingan melalui Tim Pendamping Keluarga (TPK) di tiap kelurahan, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari orang tua asuh, yaitu 10 mitra melalui program CSR," jelasnya.
Dijelaskan, PMT diberikan kepada kelompok sasaran selama rentang waktu 2-6 bulan, di mana masing-masing sasaran perkembangannya bakal dipantau oleh TPK.
Pemantauan yang berkelanjutan memungkinkan deteksi dini dan intervensi yang tepat untuk mencegah stunting, serta dampaknya pada tumbuh kembang anak.
"Maka, kami terus mengupayakan, pendampingan dan PMT bisa sampai 6 bulan, dipantau secara rutin perkembangannya," terangnya.
Sementara, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menyatakan, pemantauan keluarga berisiko stunting, harus dimulai sejak calon pengantin (catin).
Kemudian, berlanjut di fase ibu hamil, ibu bersalin, hingga baduta menjadi kunci utama untuk menurunkan stunting dan mencapai zero new stunting.
"Baduta ini harus dipantau, nanti dilihat berat badannya naik atau tidak, lalu tinggi atau panjangnya bertambah atau tidak," cetusnya.
"Jadi, ASI eksklusif sangat penting. Sehingga, ibu menyusui juga dipantau dan dipastikan mendapat PMT protein hewani telur dan ikan lele," urai Hasto.
Hasto menekankan, fokus tidak hanya pada penurunan, tetapi bagaimana bisa menuju zero new stunting, atau tidak ada penambahan angka stunting baru.
Oleh sebab itu, pemantauan catin menjadi penting, karena sangat berisiko ketika nanti hamil dan anaknya lahir jika mengalami Kurang Energi Kronis (KEK).
"Sebelum hamil kan dipantau, diberi PMT, kemudian tablet tambah darah. Ibu hamil juga dipantau, khususnya yang berisiko," pungkasnya.
Pemkot Yogyakarta Bangun Sistem Satu Data, Intervensi Program Lebih Tepat Sasaran |
![]() |
---|
Dana Transfer Daerah 2026 Berpotensi Dipangkas Rp200 Miliar, Wali Kota Yogyakarta: Ada Refocusing |
![]() |
---|
Jadi Tuan Rumah Forum Smart City Nasional 2025, Kota Yogyakarta Dorong Realisasi Program Satu Data |
![]() |
---|
Pemkot Yogyakarta Optimis Paket Strategis 2025 Bisa Diselesaikan Tepat Waktu |
![]() |
---|
Program Genting Perkuat Penanganan Stunting di Sleman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.