Sebulan Berjuang Melawan Racun Ular Weling, Rafa Akhirnya Berpulang
Rafa Ramadhani Suwondho, siswa kelas 6 SD Negeri 1 Bukur, Pekalongan itu akhirnya berpulang setelah sebulan melawan racun ular weling
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, PEKALONGAN - Setelah sebulan berjuang melawan racun ular weling yang menggigitnya pada Senin 16 Juni 2025 silam, Rafa Ramadhani Suwondho, siswa kelas 6 SD Negeri 1 Bukur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan itu akhirnya berpulang.
Rafa meninggal dunia di RSUP dr Kariadi Semarang pada Minggu (20/7/2025) dini hari.
Rafa dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat, sekira pukul 10.30.
Saudara Rafa, Ning mengungkapkan Rafa meninggal dunia setelah lebih dari sebulan menjalani perawatan di rumah sakit.
"Dek Rafa meninggal dunia di RSUP dr Kariadi Semarang setelah menjalani perawatan intensif di sana," kata Nin dikutip dari Tribun Jateng.
"Almarhum Rafa dikebumikan di TPU desa setempat sekira pukul 10.00."
"Rafa sampai di rumah sekira pukul 04.00," ucapnya.
Kepergian Rafa ini meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, tetangga hingga teman-temanya di SD Negeri 1 Bukur.
Pada Minggu siang, para petakziah terus berdatangan ke rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir.
"Kami bersama, teman sekelasnya datang untuk melihat terakhir kalinya Rafa sebelum dimakamkan," ucap Kepala SD Negeri 1 Bukur, Dewiwati.
Dewiwati pun meminta kepada masyarakat ikut mendoakan almarhum Rafa.
Semoga Rafa diterima di sisi Allah SWT dan keluarga diberi ketabahan.
"Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi di Pekalongan," harapnya.
Dalam pantauan, teman sekelas Rafa bertakziah ke rumah duka dengan wajah muram.
Beberapa tak kuasa menahan tangis saat melihat jenazah Rafa untuk terakhir kalinya.
Tangis teman-temannya pecah saat jenazah dibawa keluar rumah dan hendak disalatkan di musala terdekat.
"Rafa anak yang baik, murah senyum, dan sangat dekat dengan guru serta teman-teman."
"Kami terpukul mendengar kabar ini," ujar kepada Tribunjateng.com seusai takziah di rumah duka, Minggu (20/7/2025).
Sebelum dirawat di RSUP dr Kariadi, Rafa sempat menjalani perawatan intensif di ICU RSI Pekajangan Kabupaten Pekalongan sejak 16 Juni 2025.
Dia kemudian dirujuk ke RSUP dr Kariadi Semarang pada 9 Juli 2025.
Kronologi Digigit Ular
Rafa sebelumnya digigit ular weling pada Senin 16 Juni 2025 sekira pukul 04.00.
Oleh pihak keluarga, korban langsung dibawa ke mantri terdekat untuk penanganan awal, sebelum dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kabupaten Pekalongan.
Korban tiba di sana sekira pukul 05.00.
Menurut keterangan keluarga, korban hanya diberi suntikan, diambil darah, dan dipasangkan oksigen selama beberapa menit.
Tidak dilakukan infus maupun observasi lanjutan.
Saat ditanya soal kondisi anak, dokter menyatakan ular tidak berbisa karena tidak ada pembengkakan pada luka gigitan dan menyarankan agar pasien dipulangkan.
Keluarga menolak dan meminta rawat inap karena korban terlihat lemas, nafas berat, serta kesulitan membuka mata.
Namun permintaan itu tidak dikabulkan dan pasien dipulangkan sekira pukul 07.30.
Dalam perjalanan pulang selama sekira 30 menit menuju Desa Bukur, korban hanya terdiam dan tak lagi merespons.
Setiba di rumah, korban mengalami kejang-kejang hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit lain di Pekalongan.
Di rumah sakit kedua, penanganan medis langsung diberikan.
Baca juga: Diselamatkan dari Maut: Perjuangan Nyawa Rafa Usai Digigit Ular Weling
Dokter menyatakan racun telah menyebar ke sistem saraf dan menyayangkan lambatnya penanganan sebelumnya.
Menurut dokter tersebut, setiap gigitan ular berpotensi berbisa dan seharusnya ditangani secara serius sejak awal.
Memasuki hari ketujuh pasca kejadian, korban masih berada di ruang ICU dan dalam kondisi kritis, dengan perkembangan kondisi yang fluktuatif.
Datur (56), kakek Rafa mengungkapkan penyesalannya setelah cucunya yang diduga digigit ular weling kini dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri selama sepekan terakhir.
Peristiwa itu terjadi sekira pukul 04.00 pada Senin (16/6/2025) ketika cucunya diduga digigit ular di dalam kamar.
Menyadari kondisi tersebut, Datur segera membawa sang cucu ke seorang tenaga kesehatan setempat untuk mendapatkan pertolongan awal.
“Di tempat Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah."
"Tetapi Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen," ujar Datur kepada Tribunjateng.com, Selasa (24/6/2025).
Setibanya di RSUD Kajen, kondisi pasien mulai memperlihatkan gejala yang mengkhawatirkan.
Menurut Datur, cucunya sempat merasa pusing dan mengeluhkan matanya berat, serta penglihatan yang buram.
Namun tanggapan di RSUD dianggap tidak sebanding dengan gejala tersebut.
"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing.'"
"Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat."
"Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.
Datur menjelaskan, luka di kaki yang diduga menjadi lokasi gigitan kemudian ditandai menggunakan spidol.
Petugas medis menyuntik pasien sebanyak tiga kali dan mengambil sampel darah dari tangan kirinya.
Setelah itu, pasien diberi obat dan diperbolehkan pulang.
"Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang."
"Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan."
"Ini karena disarankan tukang parkir kalau ke Puskesmas dulu mungkin akan lebih lama," ucapnya.
Sayangnya, setibanya di RSI Pekajangan, kondisi pasien sudah tidak sadar dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik.
Suwondho, ayah Rafa mengatakan, melihat ular tersebut di dalam kamar, setelah anaknya diduga digigit.
"Saya dan istri melihat ularnya."
"Ularnya warna hitam dan ada warna putih, kemungkinan ular weling," katanya.
Akan tetapi setelah dicari hingga saat ini, ular tersebut tidak ada.
"Anaknya sepekan dirawat di ICU RSI Pekajangan," imbuhnya.
Racun Ular Weling
Pakar herpetologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Dikari Kusrini mengatakan, ular weling mempunyai racun neurotoksin.
Neurotoksin adalah jenis racun yang dapat merusak sistem saraf, baik itu pada otak, sumsum tulang belakang, atau saraf perifer.
Racun ini dapat mengganggu fungsi normal saraf, seperti transmisi impuls listrik, komunikasi antar sel saraf, atau bahkan merusak struktur sel saraf itu sendiri.
Jenis racun tersebut dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan otot, termasuk otot pernapasan.
Mirza menambahkan, jumlah bisa yang masuk ke tubuh, lokasi gigitan, dan kondisi tubuh korban akan memengaruhi waktu bertahan hidup seseorang yang dipatuk ular weling.
Korban gigitan ular weling bisa mengalami gagal napas dalam waktu 4-24 jam apabila benar-benar digigit, namun tidak mendapat penanganan yang sesuai.
“Meski gejala awal bisa ringan atau tertunda, efeknya bisa fatal jika tidak segera ditangani,” ujar Dikari dalam keterangan resmi Humas IPB seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Apa yang harus dilakukan jika digigit ular weling?
Mirza mengingatkan siapa pun untuk tidak mengisap luka bekas gigitan ular weling, apalagi menyayat dan memberi ramuan tradisional.
Sebagai gantinya, ia menyarankan korban untuk tetap tenang, mengurangi gerakan supaya racun tidak semakin menyebar, dan melepas cincin atau gelang di area yang terluka.
Setelah itu, korban segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat supaya mendapat perawatan dan anti-bisa apabila tersedia. (*)
Sebagian artikel ini sudah tayang di Tribun Jateng dengan judul " Rafa Bocah Pekalongan Meninggal Digigit Ular, Kepsek: Siswa Ceria dan Mudah Bergaul di Sekolah"
| Lewat Bantuan Pembibitan Organik, PLN Peduli Dorong Kemandirian Perempuan Desa Linggoasri |
|
|---|
| PLN dan Pemkot Pekalongan Perkenalkan Electrifying Lifestyle Lewat Lomba Masak Pakai Kompor Induksi |
|
|---|
| Cerita Buruh Jahit di Pekalongan Didatangi Petugas Pajak Karena Punya Catatan Transaksi Rp 2,8 M |
|
|---|
| Kasus Balita Umur 3,5 Tahun Asal Klaten Ditinggal Ibunya di Pekalongan |
|
|---|
| Keluhan Warga Ditanggapi Dengan Kata-Kata Kasar, Bupati Pekalongan Salahkan Admin Medsos |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.