Target PAD Kota Yogya Turun Rp64 Miliar, Legislatif Desak Inovasi dari Eksekutif
DPRD Kota Yogyakarta mendesak Pemkot Yogyakarta melakukan rangkaian inovasi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kalangan legislatif mendesak Pemkot Yogyakarta melakukan rangkaian inovasi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Bukan tanpa alasan, efisiensi anggaran yang diperkirakan masih terjadi hingga 2026, membuat pemerintah daerah tidak bisa menggantungkan diri pada dana transfer pusat.
Ketua DPRD Kota Yogyakarta, Wisnu Sabdono Putro, menyampaikan fenomena tersebut sontak menuntut kemandirian daerah dalam upaya pembangunan.
Ia pun menyoroti postur anggaran perubahan yang disampaikan oleh eksekutif, di mana terjadi penurunan taget PAD dari semula Rp1 triliun menjadi Rp936 miliar.
Penurunan paling tinggi terjadi pada sektor retribusi daerah dari Rp80,9 miliar menjadi Rp73,24 miliar, kemudian sektor pajak daerah dari Rp719,7 miliar menjadi Rp 656,9 miliar.
Meskipun, di sisi lain, sektor hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan sektor lain-lain pendapatan yang sah terjadi peningkatan.
"Harapan kami, tentu PAD ini bisa kembali seperti semula, yakni Rp1 triliun. Kemandirian dalam menggali potensi pendapatan daerah menjadi kunci," tandasnya, Kamis (17/7/2025).
Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta, Sinarbiyat Nujanat, menambahkan eksekutif seharusnya mulai melirik potensi-potensi yang bisa dimanfaatkan untuk mengatrol PAD.
Dengan begitu, target pembangunan daerah yang dicanangkan Pemkot Yogyakarta bisa berjalan sesuai rencana tanpa terbebani kemungkinan efisiensi.
"Makanya, iklim investasi harus dijaga betul. Semakin banyak investasi yang tumbuh di kota ini, ekonomi daerah bisa semakin stabil," tegasnya.
"Tapi, yang terjadi, dalam postur APBD perubahan, pajak hotel dan restoran malah turun. Padahal, dua itu menjadi sektor PAD andalan," urai Sinar.
Baca juga: Data Jumlah Penduduk Terbaru di Provinsi DIY Tahun 2025, Paling Banyak Gen Z dan Millennial
Di samping itu, beberapa sektor belanja daerah layaknya untuk upaya pengelolaan sampah, masih bisa ditekan dengan melibatkan peran swasta.
Menurutnya, skema tersebut cenderung lebih masuk akal dan menguntungkan dibanding menggelontorkan APBD Kota Yogyakarta secara penuh.
"Ada peluang investasi di sana. Lagipula, Pemkot menyadari juga, untuk meng-cover 100 persen limbah dengan pengadaan tambahan mesin-mesin insinerator itu tidak akan sanggup," cetusnya.
Kendati demikian, ia optimis, komunikasi yang baik antara eksekutif dan legislatif di era kepemimpinan Hasto Wardoyo-Wawan Harmawan memberikan secercah harapan..
Pemkot Yogyakarta Bangun Sistem Satu Data, Intervensi Program Lebih Tepat Sasaran |
![]() |
---|
Dana Transfer Daerah 2026 Berpotensi Dipangkas Rp200 Miliar, Wali Kota Yogyakarta: Ada Refocusing |
![]() |
---|
Jadi Tuan Rumah Forum Smart City Nasional 2025, Kota Yogyakarta Dorong Realisasi Program Satu Data |
![]() |
---|
Dana Transfer Daerah 2026 Menurun, Gunungkidul Gali Potensi PAD, Ogah Naikkan Pajak |
![]() |
---|
Pemkot Yogyakarta Optimis Paket Strategis 2025 Bisa Diselesaikan Tepat Waktu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.