Ketika Para Mantan Pecandu Narkoba Hijrah, Pilih Jadi Penghafal Quran
para santri yang berada di Bidayatussalikin Boarding School ini mulanya adalah anak-anak penyintas narkoba
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN -- Udara lereng Gunung Merapi, di Turgo, Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman masih dingin, pada Kamis (17/7/2025) pagi, ketika puluhan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Bidayatussalikin dengan khidmat melafalkan ayat alquran di acara Khotmil Quran.
Ini menjadi hari yang istimewa. Sebab, para santri yang semula mantan pecandu narkoba, kini telah hijrah menjadi penghafal kalam ilahi.
"Ini bukan hal yang biasa, sungguh sangat, sangat luar biasa," kata Pimpinan Ponpes Bidayatussalikin, Abdullah Deny Setiawan Wayoi.
Ia bercerita, para santri yang berada di Bidayatussalikin Boarding School ini mulanya adalah anak-anak penyintas narkoba, yang secara akal mungkin diabaikan dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Akan tetapi lewat kesungguhan, ketekunan dan bimbingan dari kyai, ustadz maupun ustadzah, para santri berhasil mencapai hasil terbaik untuk berubah dan kembali menempuh jalan kebaikan.
Tentu bukan jalan mudah. Sebelum masuk pondok, anak yang menjadi klien rehabilitasi narkoba terlebih dahulu ditreatment selama 3-4 bulan.
Mereka dididik, dimotivasi melalui pendekatan religius. Anak-anak dibekali ilmu agama.
Setelah selesai dan siap kemudian dipindahkan ke pondok pesantren.
Di asrama, selain menghafal alquran, santri juga tetap diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan formal dengan bersekolah dan kuliah.
Saat ini, terdapat 101 santri yang menempati pondok di lereng Gunung Merapi tersebut.
Baca juga: Tren Baru: Wisatawan Jepang Ramaikan Jogja di Tengah Penurunan Jumlah Wisman di Januari-Mei 2025
Banyak di antaranya yang sudah hafal alquran. Ada yang hafal 30 juz, 10 juz dan ada pula yang masih 5 juz. Adapun yang dientaskan hari ini melalui kegiatan Khotmil Quran ke-3 sebanyak 21 santri.
"21 santri yang diwisuda ini awalnya adalah pecandu. Tetapi sekarang hafal quran, bahkan ada yang hafal 30 juz," katanya.
Terkait durasi menghafalnya, kata Abdullah, masing-masing santri berbeda-beda, tergantung gangguan penyalahgunaan zat yang dikonsumsi.
"Kalau tipis mungkin tinggal kami berikan masukan, motivasi. Tetapi InsyaAllah semua bisa. Alhamdulillah, yang parah juga bisa," katanya.
Karena menampung mantan pecandu, pondok pesantren ini menjadi mitra dari BNN Kabupaten Sleman.
| Kisah Pedagang Klithikan, dari Seniman ke Rongsok Mencari Makna Tanpa Ambisi |
|
|---|
| Kisah Driver Ojek Online Penyandang Disabilitas Tuli di Yogyakarta |
|
|---|
| Resign dari Supervisor Kebun Sawit, Pilih Pulang Jadi Penggerak Petani Jamur Kulon Progo |
|
|---|
| Kreativitas dan Ketekunan yang Mengantar Gerabah Bantul ke Mancanegara |
|
|---|
| Kisah Rindiantika, Atlet Difabel dari Sleman ke Panggung Asia Tenggara |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.