API DIY: Lebih Baik Diversifikasi dan Kuatkan Pasar Domestik Ketimbang Terima Tarif Impor 19 Persen
Dengan kesepakatan antara Indonesia dan Amerika Serikat tersebut, Indonesia diperkirakan akan banjir produk impor dari Amerika Serikat.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Sebagai pengusaha tekstil, kebijakan tersebut justru akan menghancurkan industri pertekstilan.
“Kalau itu mandatori, itu kecelakaan bagi kami. Kalau kami dipaksa harus ambil semua katun dari Amerika, siapa yang akan menanggung impor katun? Perusahaan saya impor dari Korea Selatan dan Tiongkok,” ujarnya.
Terpisah, Pengamat Ekonomi UGM, Eddy Junarsin menambahkan untuk pengusaha di jangka pendek memang terpaksa menyerap biaya tarif dan memangkas profit margin.
Jalan keluarnya adalah menambah daya saing barang dan jasa yang dijual, sambil mencari berbagai pasar internasional yang lain.
“Diversifikasi pasar diperlukan. Yogyakarta punya banyak bakat bagus. Harusnya Yogya dapat menjadi technopark yang menghasilkan inovasi barang, jasa, dan teknologi. Selain itu, budaya dan wisata dapat ditingkatkan kualitasnya untuk menjadi atraksi internasional,” imbuhnya. (*)
Tarif Trump 19 Persen Sudah Berlaku, Ekspor Tekstil Masih Aman Tapi Kerajinan Agak Terpengaruh |
![]() |
---|
AS dan China Perpanjang Gencatan Tarif hingga November, Negosiasi Berlanjut |
![]() |
---|
India Tangguhkan Pembelian Senjata dan Pesawat dari AS, Ini Penyebabnya |
![]() |
---|
Bahas Perdamaian Ukraina dan Rusia, Donald Trump Bakal Bertemu Putin di Alaska |
![]() |
---|
Benarkah Thrifting Ganggu Produsen Lokal? Begini Kata API DIY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.