Ada Kirab Suci dari Candi Mendut ke Candi Borobudur Magelang, Berikut Jadwalnya

Ribuan umat Buddha dari berbagai daerah dan negara berkumpul di kawasan Candi Borobudur untuk mengikuti rangkaian Indonesia Tipitaka Chanting

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Iwan Al Khasni
Istimewa
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah 

Menurutnya, pendekatan analitis terhadap ajaran Buddha sangat penting agar tidak sekadar menyentuh indra pendengaran, melainkan masuk ke dalam kesadaran dan membawa perubahan batin. 

Ia berharap para peserta tidak hanya pulang dengan kenangan, tetapi juga membawa "oleh-oleh" berupa pemahaman, praktik, dan kebajikan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Umat Buddha harus memahami ajaran ini supaya bisa dipakai dalam hidup keseharian,” terang Biksu Guttadhammo.

Untuk kirab pada hari terakhir, ada prosesi kirab suci dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur

Sebanyak empat kereta kencana turut diarak sebagai bagian dari simbol bakti dan penghormatan umat Buddha. 

Keempat kereta tersebut adalah Kereta Kencana Dhammacakka, menampilkan roda Dhamma berjari-jari 12 disertai sepasang kijang, melambangkan Khotbah Pertama Sang Buddha di Taman Isipatana. 

Jari-jari roda merupakan penjabaran Empat Kebenaran Ariya yang masing-masing memiliki tiga segi. Kereta ini dirancang oleh YM. Sri Paññāvaro Mahāthera dan dibuat dari logam alloy oleh Sanggar Nakula Sadewa, Muntilan.

Kemudian Kereta Tipitaka yang berbahan logam berwarna keemasan. Kereta ini dirancang sebagai simbol harmoni budaya nasional dan Buddhis ASEAN. 

Digunakan untuk membawa Kitab Suci Tipitaka selama prosesi Āsālha Mahāpūjā, kereta ini juga merupakan karya YM. Sri Paññāvaro Mahāthera dan diproduksi oleh Sanggar Nakula Sadewa, Magelang.

Selain itu juga ada Kereta Kencana Stambha Vijaya yang melambangkan Pilar Asoka dan maklumat kerukunan beragama. 

Hiasan burung merak pada kereta ini merujuk pada Dinasti Maurya serta kisah Mora Jātaka dalam kelahiran lampau Bodhisatta Siddhattha.

Terakhir, ada Kereta Kencana Mahādhātu yang memiliki bobot 2,5 ton dan digunakan untuk membawa Relik Agung (Mahādhātu) Sang Buddha. 

Kereta ini dihiasi ornamen dan relief Jātaka dari Candi Borobudur, seperti Mora, Vattaka, Sasa, dan Vessantara Jātaka. 

Di puncaknya terdapat chatra (payung) bertingkat tiga sebagai lambang puja kepada Tiga Permata: Buddha, Dhamma, dan Sangha.

“Simbol-simbol ini sangat melekat dalam bakti umat Buddha. Mahadhatu itu relik Sang Buddha, Tipitaka adalah ajaran, Dhammacakka lambang dharma yang berputar. Semua kami hadirkan secara lengkap,” jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved