Ribuan Warga Kapanewon Srandakan Terdampak Kekeringan, Diduga Akibat Groundshill Jebol

Groundshill yang rusak diduga membuat arus aliran air Sungai Progo dari arah utara langsung mengalir deras ke arah selatan.

Dok.Istimewa
Ilustrasi kekeringan 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sekitar 1.500 jiwa di Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul terdampak kekeringan diduga dari adanya groundshill Srandakan yang jebol pada beberapa waktu lalu.

Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik dan Peralatan BPBD Bantul, Antoni Hutagaol, mengatakan warga yang terdampak kekeringan itu berasal dari RT 88, 87, dan 89, Padukuhan Nengahan; RT 1,5, dan 6, Padukuhan Srandakan; serta RT 98, Padukuhan Bendo.

"Selama enam tahun ini, warga di sana tidak pernah terjadi kekeringan. Bahkan kemarin, saat kondisi kemarau lebih panjang dari pada sekarang, kondisi di Srandakan itu tergolong aman. Tapi, kok tahun ini malah kekeringan," katanya, saat dikonfirmasi, Kamis (3/7/2025).

Groundshill yang rusak diduga membuat arus aliran air Sungai Progo dari arah utara langsung mengalir deras ke arah selatan.

Biasanya, saat groundshill masih ada, aliran air sungai itu lambat ke arah selatan, sehingga masih ada air yang masuk ke pinggiran Sungai Progo dan mengalir ke mata air.

"Itu perkiraan saya. Dan kejadian itu telah dilakukan asessment oleh teman-teman kami pada Senin (30/6/2025). Kemarin, kami juga sudah dropping 15 ribu liter air bersih untuk tiga padukuhan terdampak. Artinya, satu padukuhan mendapatkan satu tangki air bersih atau 5 ribu liter," jelas dia.

Adapun pemenuhan kebutuhan saat ini, warga harus mencari sumber air bersih di sekitar warga yang masih ada sumbernya.

Akan tetapi, air itu tidak maksimal, karena antara debit dengan kebutuhan tidak sesuai.

Pasalnya, di tiga padukuhan terdampak kekeringan tidak ada jalur PDAM.

"Di sana itu, satu sumur ada yang memiliki kedalaman 15 meter. Kemarin ada yang berusaha melakukan pendalaman sumur, tetapi keruh airnya," ucap dia.

Kini, pihaknya akan berbincang dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) untuk meneruskan adanya kejadian tersebut dan mencari tahu kebenaran penyebab kekeringan di tiga padukuhan.

"Yang di Serandakan ini sebenarnya tidak masuk dari kondisi musim kemarau. Karena, saat ini kan belum masuk musim kemarau atau kekeringan. Kita juga kaget dengan adanya kejadian itu," jelas Antoni.

Persiapan Menghadapi Musim Kemarau

Di samping memberikan pemenuhan kebutuhan air terhadap warga di tiga padukuhan terdampak kekeringan dari groundshill yang jebol, pihaknya juga melakukan persiapan permintaan dropping air menghadapi musim kemarau basah 2025.

"Untuk tahun ini, anggaran kami Rp28.045.000 atau sekitar 560 tangki kapasitas 5 ribu liter. Kita kan selalu mengganggarkan untuk antisipasi musim kemarau. Dan anggaran tahun lalu sepertinya sudah habis, padahal sudah sempat dibantu oleh rekan-rekan CSR untuk memenuhi permintaan dropping air," papar dia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved