70 Hektare Sawah di Klaten Diserang Tikus Pithi, Diobat Tak Mempan Malah Merajalela

petani di Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, terancam mengalami gagal panen pada musim tanam (MT) kedua

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
SERANGAN TIKUS: Perangkat Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menunjukkan salah satu sawah yang diserang hama tikus, pada Selasa (1/7/2025). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Para petani di Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, terancam mengalami gagal panen pada musim tanam (MT) kedua tahun 

Lantaran, tanaman padi di lahan persawahan mereka diserang hama tikus. 

Kepala Desa Demakijo, Ery Karyatno, mengatakan serangan hama pengerat di lahan persawahan Desa Demakijo sudah terlihat sejak musim tanam (MT) pertama pada Maret 2025. 

Kala itu, serangan hama tikus sudah terjadi di beberapa spot persawahan, akan tetapi hasil panen MT Pertama rata-rata masih bagus. 

Namun, serangan hama tikus semakin parah dan memuncak pada MT kedua tahun ini. 

Tanaman padi yang sudah berbuah dan hampir panen, tiba-tiba rusak karena diserang tikus. 

"Di MT kedua ini bisa dikatakan gagal panen karena serangan hama tikus. Itu tikusnya agak beda, bukan tikus sawah yang besar tapi tikus pithi, tikusnya kecil-kecil," kata Ery kepada Tribunjogja.com, Selasa (1/7/2025). 

Ery menyebut, total lahan persawahan di Desa Demakijo yang ditanami padi mencapai 76 hektare. 

Dari jumlah itu, terdapat sekitar 70 hektare lahan persawahan yang diserang hama tikus dan mengalami gagal panen. 

Lahan persawahan yang diserang tikus kebanyakan berada di selatan jalan tol dan sebagian lahan di utara jalan tol sisi timur desa. 

Diperkirakan hama tikus itu datang dari wilayah timur Kabupaten Klaten

"Apalagi di Desa Demakijo terkenal dengan padi varietas Rojolele Srinuk. Lah saat ini ada 15 hektare yang ditanami padi Rojolele Srinuk tidak panen, ludes karena tikus."

"Sehingga membuat ketersediaan lumbung padi kami agak kelimpungan (kebingungan)," ujarnya. 

Akibat serangan hama tikus itu diperkirakan para petani di Desa Demakijo mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah. 

Sebab apabila berhasil panen, rata-rata per patok (lahan berukuran 2.200-an meter persegi) bisa menghasilkan Rp13-15 juta. 

Sedangkan, biaya menanam bibit dan merawat tanaman padi sampai panen per satu patok lahan bisa menghabiskan modal Rp3 jutaan. Sehingga, kerugian tiap satu patok lahan bisa mencapai Rp10 jutaan. 

Lebih lanjut, Ery menuturkan berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani masalah serangan hama tikus di lahan persawahan Desa Demakijo. 

Obat Tak Mempan

Di antaranya berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten lewat petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) dengan memberikan obat bau-bauan dan racun tikus.

Namun bukannya menghilang, justru hama tikus yang datang semakin merajalela. 

"PPL sudah menawarkan metode gopyokan, tapi karena masa tanam para petani tidak bersamaan, sehingga tidak dilakukan. Sebab, takut hama tikus malah menyebar kemana-mana."

"Kemudian, salah satu caranya dengan membersihkan pematang sawah, dengan harapan supaya tikusnya tidak menyerang lagi," jelasnya.

Bahkan, para petani ada yang menggunakan gedebok (batang) pisang dan rambut untuk mengusir tikus.

Namun tetapi cara tersebut juga belum membuahkan hasil.

"Saat ini, para petani sudah pasrah dan saya pun kebingungan harus menanggulangi dengan cara apa lagi. Obat sudah saya carikan tapi ternyata tidak sesederhana itu," paparnya. (drm)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved