Kisah Wisudawan UMY Asal Suriah, Dewasakan Pemikiran Lewat Pendidikan

Bagi Shereen, pendidikan telah membuka banyak pintu yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Istimewa
WISUDAWAN: Shereen Taha Taha Abd El-Aziz, wisudawan terbaik Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) asal Suriah yang diwisuda Kamis (12/6/2025) di Sportorium UMY 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Di tengah arus deras globalisasi dan transformasi teknologi, pendidikan tetap menjadi fondasi utama perubahan.

Ia bukan sekadar tumpukan teori atau gelar akademik, melainkan alat yang mampu mengubah cara pandang seseorang terhadap dunia dan dirinya sendiri. Bagi sebagian orang, pendidikan mungkin hanya rutinitas.

Namun, bagi yang lain, ia adalah jalan keluar dari keterbatasan menuju kehidupan yang lebih luas dan bermakna.

Keyakinan inilah yang dipegang teguh oleh Shereen Taha Taha Abd El-Aziz, wisudawan terbaik Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) asal Suriah.

Bagi Shereen, pendidikan telah membuka banyak pintu yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.

Keputusannya menempuh studi magister di Indonesia bukan tanpa tantangan. Perbedaan budaya, bahasa, hingga sistem pendidikan menjadi ujian tersendiri.

Namun bagi Shereen, yang akrab disapa demikian, tantangan adalah bagian dari proses pertumbuhan.

“Saya percaya pendidikan adalah kunci untuk pertumbuhan pribadi dan transformasi sosial. Dengan melanjutkan studi di Magister Manajemen, saya ingin memperluas kapasitas diri dan menciptakan dampak yang lebih besar. Harapannya, saya dapat berkontribusi tidak hanya dalam profesi saya sebagai insinyur energi, tapi juga untuk masyarakat luas,” ujarnya, Jumat (13/6/2025).

Sebagai anak kedua dari lima bersaudara, Shereen memilih Indonesia karena melihat potensi besar negara ini sebagai pusat pendidikan tinggi di Asia Tenggara.

Ia menilai UMY sebagai kampus dengan komitmen kuat pada keunggulan akademik, internasionalisasi, serta nilai-nilai etika berbasis prinsip Muhammadiyah.

Meski begitu, perjalanan akademiknya tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar adalah bahasa, bukan hanya tata bahasa atau kosakata, tetapi juga keberanian untuk mengekspresikan diri dalam bahasa asing.

“Saya belajar perlahan melalui penerjemahan mandiri, usaha tanpa henti, serta dukungan luar biasa dari para dosen dan kekuatan doa. Kesabaran mereka sangat berarti dalam membantu saya menyesuaikan diri, baik secara akademik maupun emosional,” tuturnya.

Namun, bahasa hanyalah satu dari sekian banyak hambatan. Seperti mahasiswa internasional lainnya, Shereen juga harus menghadapi kendala finansial, rasa rindu akan tanah air, serta adaptasi terhadap lingkungan budaya dan sistem pendidikan yang asing.

Tekad dan semangatnya yang tak pernah padam justru menjadi bahan bakar untuk melewati semua rintangan itu. Perempuan berdarah Mesir ini berhasil menyelesaikan studi dengan prestasi gemilang, menjadi wisudawan terbaik dengan jumlah publikasi terbanyak di jurnal terindeks Scopus.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved