Produk Ikan Kaleng Tanpa Bahan Pengawet dari Bantul Sukses Tembus Pasar Internasional

Beberapa pasar ekspor negara itu tersebar ke Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, Taiwan, Hongkong, Singapura, hingga Australia.

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
IKAN KALENG - Direktur UPI Mina Bahari 45, Sri Nuryana, sedang menunjukkan proses pembuatan ikan kaleng, di UPI Mina Bahari 45, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul, Selasa (10/6/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Seorang warga Bantul berhasil mengolah ikan segar menjadi makanan ikan kaleng tanpa bahan pengawet dan hanya bermodal sistem sterilisasi.

Usaha itupun sudah berhasil tembus pasar ekspor ke berbagai negara.

Direktur Unit Pelelangan Ikan (UPI) Mina Bahari 45, Sri Nuryana, mengatakan usaha itu sebenarnya sudah berdiri sekitar empat tahun yang lalu dan sertifikat MUI turun sekitar tahun 2023.

Namun sebenarnya ia sudah menekuni usaha kuliner sejak 20 tahun silam.

"Saya itu sebenarnya pernah menjadi aparatur sipil negara (ASN) dan bekerja di salah satu rumah sakit selama enam tahun. Tapi, saya keluar dan memutuskan untuk menekuni usaha bisnis kuliner berupa ikan kemasan kaleng," kata Nur, sapaan akrabnya, kepada wartawan di UPI Mina Bahari 45, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul, Selasa (10/6/2025).

Perempuan pecinta kuliner ini menjajaki bisnisnya dengan cara otodidak.

Lalu, mencari berbagai informasi hingga akhirnya mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan bisnis ikan kaleng tersebut.

Bahkan, jika dulu hanya bergerak sendiri, saat ini Nur sudah ditemani oleh puluhan karyawan yang merupakan warga setempat untuk mengembangkan bisnis tersebut.

"Ide usaha ini saya dapat karena dari dulu kan nelayan Pantai Depok sering menghasilkan tangkapan ikan laut yang melimpah. Tapi, sempat menurun. Lalu, dengan gagasan pengalengan ikan dan banyak perizinan usaha yang baru, sehingga bisa bangkit dan berjalan memenuhi permintaan pasar di berbagai negara," urai Nur.

Ditambahkan, sejauh ini ia mampu memasarkan produk pengalengan ikan sekitar 500 sampai 1.000 kaleng per hari dengan permintaan pasar di 10 negara.

Beberapa pasar ekspor negara itu tersebar ke Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, Taiwan, Hongkong, Singapura, hingga Australia.

"Kalau hasil tangkapan ikan di Pantai Depok itu ada kakap, barakuda, gabus, dan teri. Hasil itu bisa dibuat olahan ikan kaleng. Tetapi, sebenarnya selain ikan juga ada produk olahan lain yang kami olah menjadi kemasan kaleng. Ada ayam, bebek, gudeg, dan lain sebagainya," jelasnya.

Disampaikannya, produk olahan ikan keleng di tempatnya tidak menggunakan bahan pengawet melainkan alat sterilisasi, sehingga dapat aman dikonsumsi selama satu tahun satu bulan ke depan.

Lalu, untuk rasa dinilai aman atau tidak jauh berbeda dari makanan segar sebelumnya  

Adapun proses pembuatan ikan kalengnya dimulai dari ikan segar hasil tangkapan laut yang dibersihkan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved