Human Interest Story
Kisah Tiga Lulusan Prodi Kedokteran Berhasil Raih IPK Sempurna 4.00 di Wisuda UGM
Ketiga wisudawan sarjana kedokteran tersebut adalah yakni Claire Emmanuel, Zabrina Kyla Setyawan, dan Inzam Ilmi Kazamzam.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Dari sana lah ia memiliki ketertarikan terhadap obat-obatan herbal yang ia ambil sebagai topik skripsi.
“Topik skripsi saya adalah pengembangan obat herbal untuk membantu mengatasi hipertensi. Salah satu penyakit degeneratif dengan prevalensi cukup tinggi dan komplikasi yang berat,” tutur Zabrina.
Beberapa orang mungkin khawatir akan konsumsi obat konvensional setiap hari dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, Zabrina meneliti kandungan Allium sativum, Curcuma aeruginosa, dan Amomum compactum dalam poliherbal antihipertensi terhadap frekuensi denyut nadi tikus model hipertensi.
“Penelitian ini mendukung kandungan tersebut untuk dikembangkan menjadi Obat Herbal Terstandar (OHT),” katanya.
Zabrina mengaku sempat menghadapi berbagai tantangan yang membuatnya down selama mengerjakan skripsi.
Kegiatan akademik dan non-akademik yang ia ikuti cukup menguras tenaganya di tengah kewajiban mengerjakan skripsi.
“Saya pernah gagal melanjutkan judul skripsi pertama saya karena terhalang pendanaan penelitian. Judul skripsi yang akhirnya saya selesaikan pun tak berjalan lurus. Tangis yang mewarnai pengerjaan skripsi sudah hal yang biasa,” kenangnya.
Baca juga: 25 Mahasiswa Fapet UGM Diterjunkan Awasi dan Periksa Hewan Kurban di Jogja
Tak hanya Zabrina, peraih IPK tertinggi lainnya, Inzan Ilmi Kazamzam awalnya mengaku tidak percaya akan mendapat predikat sebagai lulusan dengan IPK tertinggi tersebut.
Selama kuliah, ia aktif mengikuti kegiatan MBKM, organisasi CIMSA, serta BEM FK-KMK UGM.
Membagi waktu antara jadwal kuliah dengan kegiatan non-akademik baginya adalah tantangan tersendiri.
“Jam kuliah prodi dokter yang cukup padat. Tidak hanya kegiatan di kampus saja, tetapi masih perlu banyak persiapan seperti untuk kegiatan praktikum dan skills lab yang juga memakan waktu,” kata Ilmi.
Guna mengatasi hal tersebut, ia melakukan pencatatan secara rapi terhadap agenda atau aktivitas harian agar tidak ada yang bertabrakan.
Dalam hal belajar, ia juga menerapkan sistem learning objectives untuk menghindari overwhelming dan membagi waktu antar materi.
Di luar itu, ia merasa penting untuk memiliki teman belajar yang bisa mendukung satu sama lain.
FKKMK UGM baginya bukan hanya sebagai tempat belajar, tapi juga tempat bertemu dengan teman sejawat dan sahabat agar tetap menikmati perjalanan perkuliahan.
“Selama 3,5 tahun ini, saya banyak merasakan momen naik dan turun. Singkatnya, sudah seperti roller coaster,” pungkasnya. (*)
Cerita Faishal Ahmad Kurniawan, Putra Bantul yang Lolos Jadi Anggota Paskibraka Nasional 2025 |
![]() |
---|
KISAH Mbah Sutarji, Pejuang Penambal Jalan Berlubang yang Ikhlas Tanpa Minta Imbalan |
![]() |
---|
Kisah Putri Khasanah, Anak Pedagang Asongan di Bantul yang Bisa Kuliah Gratis di UGM |
![]() |
---|
Cerita Elsa Yuliana Anak Marbot Masjid dari Kulon Progo Masuk UGM Tanpa Tes |
![]() |
---|
KISAH Adinda, Alumni SMAN 8 Yogyakarta yang Bisa Kuliah Gratis di FKKMK UGM: Rasanya Kayak Mimpi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.