Pemusnahan Amunisi di Garut

Fakta Baru Tragedi Ledakan Amunisi di Garut, Komandan TNI dan Warga Sempat Debat

Komnas HAM ungkap fakta baru tragedi pemusnahan amunisi di Garut yang tewaskan 13 orang pada Senin 12 Mei 2025.

Tribunjogja.com/Istimewa
SUMUR AMUNISI - Foto diduga sumur tempat pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Senin (12/5/2025). Pemusnahan bom tak layak pakai di lokasi tersebut menewaskan 13 orang. 

TRIBUNJOGJA.COM, GARUT, JAWA BARAT - Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Uli Parulian Sihombing mengungkapkan fakta baru terkait tragedi pemusnahan amunisi kedaluwarsa yang menewaskan 13 orang korban di Garut.

Dalam konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/5/2025), ia mengungkapkan, Kepala Gudang Pusat Amunisi (Gupusmu) III Bandung Kolonel Antonius Hermawan dengan sempat berdebat dengan Rustiawan, koordinator pekerja sipil, sebelum terjadinya ledakan amunisi pada Senin (12/5/2025) lalu.

"Sebelum ledakan, sempat ada perdebatan singkat antara Komandan Gupusmu dengan koordinator pekerja warga atas nama Rustiawan," ungkap Uli, dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com.

Sebagai informasi, Rustiawan sudah dipekerjakan untuk membantu pemusnahan amunisi TNI dan Polri selama kurang lebih 10 tahun.

Kolonel Antonius Hermawan dan Rustiawan debat soal penanganan detonator

Uli menerangkan, Kolonel Antonius Hermawan dan Rustiawan sempat berdebnat tentang penanganan detonator atau pemicu sisa amunisi afkir.  

Berdasarkan kebiasaan penanganannya, detonator sisa akan ditenggelamkan ke dasar laut untuk mempercepat proses disfungsi. 

"Namun pada hari tersebut, dipilih dengan cara menimbun menggunakan campuran urea," ungkap Uli.

Para korban menurunkan sisa detonator yang dimasukkan ke dalam drum dan hendak diturunkan ke dalam lubang yang sudah digali. 

"Namun saat proses tersebut, drum berisi detonator tersebut tiba-tiba meledak," tutur Uli.

Keluarga Rustiawan angkat bicara

Diwartakan Kompas.com, Selasa (13/5/2025), usai tragedi ledakan amunisi di Garut, sempat muncul dugaan bahwa warga sipil sengaja mendekat ke lokasi pemusnahan amunisi untuk mengumpulkan selongsong bahan peledak yang bernilai ekonomis karena terbuat dari besi dan kuningan.

Namun, Agus (55), kakak kandung Rustiwan angkat bicara saat berbincang dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang datang menjenguk keluarga korban di RSUD Pameumpeuk, Garut, Selasa (13/5/2025).

Ia menolak adiknya disebut sebagai pemulung. 

Agus mengungkapkan, Rustiwan telah bekerja selama 10 tahun membantu TNI dalam pemusnahan amunisi kedaluwarsa.

"Saya sebagai keluarga tak terima kalau adik saya disebut pemulung besi saat kejadian ledakan. Adik saya sudah 10 tahun kerja ke TNI bantu pemusnahan amunisi," ungkap Agus, dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com.

Menurut cerita Agus, Rustiawan tidak hanya membantu TNI untuk memusnahkan amunisi kedaluwarsa di Garut saja, tetapi juga di Yogyakarta dan daerah lainnya.

Kronologi tragedi ledakan amunisi kedaluwarsa di Garut

KORBAN TEWAS - 7 kantong jenazah berisi korban ledakan bom yang dimusnahkan di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025) pagi.
KORBAN TEWAS - 7 kantong jenazah berisi korban ledakan bom yang dimusnahkan di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025) pagi. (sidqi al ghifari/tribun jabar)
Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved