Peran Dana Keistimewaan DIY dalam Membangun Pertanian Berkelanjutan

Ada 11 kebijakan strategis Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang memungkinkan untuk berkegiatan di sektor pertanian.

Dok tribun jogja
PERAN DANAIS: Anggota Komisi A DPRD DIY, Purwanto (kiri) dan Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho (tengah) menerangkan peran Dana Keistimewaan dalam membangun pertanian berkelanjutan dalam Ngobrol Parlemen, Selasa (20/05/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dana Keistimewaan (Danais) DIY memiliki peran yang besar dalam membangun pertanian berkelanjutan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Paniradya Pati Kaistimewan, Aris Eko Nugroho, menerangkan ada 11 kebijakan strategis Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang memungkinkan untuk berkegiatan di sektor pertanian.

Misalnya melalui Kalurahan Mandiri Budaya yang mengeksplorasi hampir semua aktivitas dan potensi di kalurahan.

Ada pula Kalurahan Rintisan Mandiri Budaya yang lebih fokus pada pertanian melalui Lumbung Mataraman. Saat ini Lumbung Mataraman sudah tersebar di 85 kalurahan dengan jumlah 216an.

Masih ada lagi Bantuan Keuangan Khusus (BKK) pertanahan yang saat ini sudah difungsikan di 38 kalurahan. Melalui BKK pertanahan tersebut, masyarakat dapat melakukan aktivitas pertanian di tanah kasultanan atau kadipaten. 

“Yang ditanam sesuai dengan keinginan masyarakat, karena ini sifatnya pemberdayaan masyarakat. Mau tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, tergantung potensi masyarakat. Kami hanya mengingatkan agar yang punya nilai ekonomi,” katanya dalam Ngobrol Parlemen, Selasa (20/05/2025).

Pihaknya juga mendorong inovasi di sektor pertanian, contohnya di Kulon Progo. Saat ini sudah ada drone yang dikendalikan secara digital untuk menyemprot pestisida dan pemupukan. 

Masih di Kabupaten Kulon Progo, ada sawah surjan yang menggunakan sprinkler, sehingga penyiraman menjadi lebih efektif dan efisien.

Ada pula inovasi green house yang bertujuan untuk mengantisipasi perubahan cuaca. 

“Kami juga bekerja sama dengan Gyeongsangbuk-do Korea Selatan, di sana ada pembuatan jamur. Harapannya ke depan tidak hanya sekadar produksi, tetapi juga mengarahkan wisatawan yang turun di YIA ke sana. Ini masih proses, kubungnya sudah siap, panen juga sudah dilakukan,” terangnya.

Saat ini, pihaknya tengah mendorong pembibitan di DIY. Pasalnya DIY dirancang sebagai seed center atau penghasil bibit, mengingat luas wilayahnya yang terbatas. 

Dalam mendukung pertanian berkelanjutan di DIY, pihaknya berkolaborasi dengan banyak pihak, salah satunya adalah petani milenial. Saat ini sudah ada 1.000 petani milenial.

“Sasaran utamanya memang KK miskin. Tetapi kami sadar, tidak semua KK miskin siap ketika bergerak di pertanian, sehingga membutuhkan kolaborasi, dengan petani milenial misalnya. Di Sleman ada petani milenial yang sukses mengembangkan melon, nah kemudian KK miskin itu ikut dilibatkan, sehingga dengan kerja sama itu sudah ada hasilnya, selama 60-70 hari selalu akan panen,” paparnya.

Sementara itu, Anggota Komisi A DPRD DIY, Purwanto mengungkapkan DPRD DIY berperan dalam anggaran, legislasi, dan pengawasan. Namun kaitannya dengan Danais, pihaknya tidak berwenang untuk anggaran. Sebab Danais bersumber dari APBN dan diberikan langsung dari pusat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved