Di Balik Tragedi Kalijambe: 10 Ustadzah Penghafal Al-Qur’an yang Tak Akan Pernah Kembali Mengajar

“Total 13 orang ustadzah ada di dalam mobil itu. Sepuluh meninggal, sisanya luka-luka. Kami langsung berkumpul di pendopo sekolah, doa bersama, dan salat ghaib,” ujar Maftuhin.

Tangis di Rumah Duka

Jenazah para ustadzah dipulangkan ke rumah masing-masing. Salah satunya, Isna Hayati, disemayamkan di TPQ Nurul Falah — tempatnya mengajar mengaji anak-anak di lingkungan rumah.

Tangis menyambut kedatangan jenazah. Lantunan tahlil bercampur isak tangis para tetangga. Ibunya, Mutiah (55), tak kuasa membendung duka.

“Pagi itu dia sempat cerita mimpi, katanya kakaknya meninggal lalu hidup lagi. Tapi malah dia yang pergi duluan,” kata sang ibu sambil menangis.

Mutiah juga mengisahkan bahwa beberapa tetangga mendengar suara burung malam sebelumnya, yang diyakini sebagian warga sebagai firasat.

Kecelakaan di Kalijambe ini bukan yang pertama. Warga menyebut jalur tersebut sering memakan korban. Selain kondisi jalan menurun dan menikung, banyak sopir yang belum memahami medan.

“Rambu-rambu sudah ada, tapi penerangan kurang dan truk-truk sering tidak kuat rem atau tidak layak jalan,” kata warga berinisial L yang juga menjadi saksi mata kecelakaan.

Peristiwa ini menyisakan duka yang mendalam, tidak hanya bagi keluarga, tapi juga bagi murid-murid dan komunitas pendidikan Islam di Magelang.

Para guru penghafal Al-Qur’an itu telah pergi, tapi semangat mereka dalam menanamkan kecintaan pada Al-Qur’an akan terus hidup dalam ingatan para murid. (*/rif/tro)