Harga Kedelai di DIY Melonjak, Perajin Tahu dan Tempe Pilih Kurangi Ukuran 

Harga kedelai di DIY naik secara bertahap, mulai dari Rp100, dan paling banyak Rp 200, hingga kini mencapai Rp10.100.

Tribunjogja/ Christi Mahatma Wardhani
KEMAS TEMPE - Perajin Tempe di Sleman, Sutiman, tengah mengemas tempe produksinya, Senin (28/04/2025). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Harga kedelai di DIY melonjak, dari Rp8.600 menjadi Rp10.100 per kilogramnya.

Ketua Pusat Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DIY, Tri Harjono, mengatakan harga kedelai naik secara bertahap, mulai dari Rp100, dan paling banyak Rp 200, hingga kini mencapai Rp 10.100.

"Kenaikan bertahap, sejak kebijakan Trump (tarif resiprokal Amerika Serikat) itu. Naik dari Rp100 paling banyak Rp200, nggak tiba-tiba melonjak dari Rp8.600 jadi Rp10.100,” katanya, Senin (28/04/2025).

Ia mengakui perajin tahu tempe di DIY merasa keberatan dengan kenaikan harga kedelai ini.

Hal itu karena selama ini harga kedelai per kilogramnya hanya sekitar Rp9000.

Meski begitu, perajin tahu dan tempe di DIY masih tetap berproduksi. 

Hanya, perajin tahu dan tempe memilih untuk memperkecil ukuran.

"Perajin masih menerima kalau harga Rp10 ribu, walaupun sudah pada teriak-teriak, karena paling tinggi Rp9000, tiba-tiba melonjak,” ujarnya.

“Perajin sudah ahlinya, dikurangi ukurannya atau diperkecil gitu. Harga tetap, cuma ukurannya diperkecil. Belum sampai menaikkan harga jual,” sambungnya.

Baca juga: Tanda Tanya Terjawab! Penyebab Pasutri Asal Sleman Tewas dalam Mobil di Salam Magelang

Perajin Tempe di Sleman, Sutiman mengungkapkan harga kedelai naik setelah Lebaran. Ada kenaikan Rp 1.200 per kilogramnya, dari Rp 9.000 menjadi Rp 10.200.

Sebagai industri rumah tangga, ia tidak mampu memproduksi dalam jumlah banyak.

Dalam sehari, ia menghabiskan sekitar 40 hingga 50 kilogram untuk memproduksi tempe. Ia memproduksi tempe dengan bungkus dan plastik. 

“Tempe ada yang dijual Rp 2.000 dapat 5, ada yang Rp 800 (menggunakan bungkus daun), kalau yang plastik Rp 7.000. Cuma industri rumah tangga, dipasarkan di daerah Godean,” ungkapnya. 

Untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, pihaknya mengurangi ukuran.

Menurut dia, harga kedelai saat ini masih relatif bisa diterima. Stok pun relatif aman dan tidak terjadi kelangkaan. 

“Dulu pernah sampai Rp 12.000, jadi untuk sekarang masih tenang. Karena dulu pernah mengalami yang lebih mahal. Kalau harga tinggi ya ukurannya dikurangi, harga tetap. Kalau untuk menaikkan harga, kasihan konsumennya,” imbuhnya. (*) 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved