Kepala BGN: Kami Ingin Kasus Keracunan Massal Program MBG Tidak Terjadi Lagi

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program MBG

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Kompas.com
EVALUASI MBG : Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana usai rapat terkait MBG bersama sejumlah menteri dan Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (17/1/2025). (KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA) 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Kasus keracunan massal dalam program makan bergizi gratis (MBG) mendapatkan perhatian serius dari Badan Gizi Nasional (BGN).

Berbagai evaluasi dan kebijakan baru pun diterapkan oleh BGN untuk mencegah terulangnya kasus keracunan massal.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program MBG.

Dari evaluasi yang sudah dilakukan, kasus keracunan massal dalam program unggulan pemerintah ini berada di angka 0,5 persen.

 “Secara umum tentu baik ya (evaluasi MBG),” kata Dadan seperti yang dikutip dari Kompas.com, Jumat (25/4/2025).

“Kasus kejadian secara kuantitatif masih 0,5 persen,” kata dia melanjutkan.

Menurut Dadan, pihaknya akan terus melakukan evaluasi secara menyeluruh untuk menekan kasus keracunan massal.

Evaluasi ini dilakukan secara komprehensif bersama BGN, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), dapur MBG, dan pihak-pihak terkait.

 “Kami ingin mencapai 0 atau tidak ada kejadian,” kata Dadan.

Selain evaluasi, langkah lain yang diupayakan BGN untuk menekan kejadian keracunan adalah mengintensifkan pelatihan dan penyegaran penjamah makanan.

“Ini dilakukan agar bisa meningkatkan kualitas pelayanannya,” ujar Dadan.

Kasus siswa yang keracunan seusai menyantap MBG terjadi di berbagai tempat sepanjang 2025,  yakni di di MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur; SDN 33 Bombana; SDN Proyonanggan 5 Batang; SD Katolik Andaluri, Waingapu; SDN 2 Alaswangi, Pandeglang; hingga SDN 3 Dukuh, Sukoharjo.

Bahkan, kasus keracunan MBG di Cianjur, Jawa Barat, telah ditetapkan sebagai kasus luar biasa (KLB) karena 78 siswa dari 2 sekolah mengalami gejala keracunan makanan.

Dadan menyebutkan, keracunan massal di Cianjur disebabkan tempat makanan atau food tray MBG yang masih menggunakan bahan dasar plastik.

"Yang pertama, food tray-nya harus diganti, karena setengah dari food tray itu masih plastik," kata Dadan saat ditemui di Asrama Haji Jakarta, Jakarta Timur, Kamis (24/4/2025).

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved