Peringatan Hari Kartini 2025: Perempuan DIY dan Kearifan Lokal sebagai Pilar Kemajuan

Kesetaraan gender kini semakin nyata terlihat di berbagai lini kehidupan, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga partisipasi politik

Tribunjogja.com/ Hanif Suryo
HARI KARTINI - Rembag Kaistimewan Paniradya Kaistimewan DIY, Kamis (24/4/2025), memperingati Hari Kartini 2025 dengan tema Kartini Masa Kini: Tantangan Perempuan DIY dan Kearifan Lokal. Acara ini mengajak publik merenungkan kembali makna keberdayaan perempuan dalam konteks budaya dan keistimewaan Yogyakarta. 

“Kalau perempuan sudah diberi ruang, sudah diberi contoh dari Keraton, dari budaya, kenapa kita tidak melangkah lebih jauh?” tutup Ariyanti.

Pendidikan sebagai Warisan Kartini

Senada dengan Ariyanti, Rofiqoh Widiastuti, S.Sos., M.PH., Kepala Bidang Kualitas Hidup Perempuan DP3AP2 DIY, menyampaikan bahwa tema Hari Kartini tahun ini, “Pradnya Larasati”, membawa makna yang mendalam.

“Pradnya berarti pengetahuan, Larasati berarti kesadaran. Perempuan masa kini harus visioner, tapi tetap menjaga nilai-nilai luhur budaya Jawa,” ungkapnya.

Rofiqoh menyebut bahwa pendidikan adalah warisan terbesar Kartini. Pengetahuan menjadi modal utama perempuan untuk percaya diri dan terlibat dalam ruang publik.

“Kita masih menghadapi tantangan. Indeks Ketimpangan Gender DIY menyisakan angka 0,142, dan keterwakilan perempuan di politik baru sekitar 0,20 persen, jauh dari target 30 persen,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa program Desa Prima menjadi upaya strategis DP3AP2 untuk meningkatkan posisi tawar perempuan, terutama dari kelompok marginal, penyintas kekerasan, dan perempuan kepala keluarga.

“Dengan pemberdayaan ekonomi dan pengetahuan, perempuan bisa tampil percaya diri dan berdaya,” jelasnya.

Isu kekerasan terhadap perempuan dan anak juga menjadi sorotan. DP3AP2 menempuh langkah dari pencegahan hingga penanganan melalui layanan seperti Telepon Sahabat Keluarga, Balai Perlindungan Perempuan dan Anak, serta Pusat Pembelajaran Keluarga.

Menguatkan peran perempuan juga dilakukan oleh Tim Penggerak PKK DIY. Dra. Kristiana Swasti, M.Si, Penasehat PKK DIY, menjelaskan bahwa perempuan masa kini menghadapi tantangan besar dalam melestarikan kearifan lokal yang mulai terkikis.

“Kita lihat budaya antre sudah luntur, lampu merah dilanggar, empati menipis. Kartini masa kini tidak bisa tinggal diam. Ini tugas Srikandi modern,” ujarnya.

PKK mengajak setiap keluarga untuk menerapkan nilai-nilai penting dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mempererat hubungan keluarga dan menciptakan lingkungan yang harmonis.

Beberapa nilai yang dianjurkan antara lain adalah sadar akan keistimewaan yang dimiliki setiap individu, yang membantu menghargai perbedaan dan keunikan setiap anggota keluarga.

Selain itu, penting untuk mengedepankan sikap santun dalam berinteraksi, sabar dalam menghadapi tantangan, dan sregep dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Nilai sayang juga menjadi pondasi utama, memperkuat ikatan emosional antar anggota keluarga, serta toleransi yang menjadi kunci untuk saling memahami perbedaan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved