Lemhanas Kaji Strategi Tata Kelola dan Falsafah Lokal di Yogyakarta
Dalam sambutannya, Sri Sultan menekankan pentingnya memahami nilai-nilai lokal dalam tata kelola pemerintahan.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu daerah yang dikunjungi Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas) dalam rangkaian Kunjungan Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN) Tahun 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) Angkatan ke-68 Tahun 2025 yang bertujuan mencetak kader pemimpin nasional masa depan.
Kegiatan berlangsung selama tiga hari, mulai 22 hingga 24 April 2025, dan mencakup empat provinsi, yakni Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kunjungan di DIY dimulai pada Selasa (22/4/2025) dengan acara penyambutan peserta SSDN oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Gedhong Pracimosono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Sri Sultan menekankan pentingnya memahami nilai-nilai lokal dalam tata kelola pemerintahan.
Salah satu yang menjadi ciri khas Yogyakarta adalah falsafah Hamemayu Hayuning Bawana.
Falsafah ini, menurut Sri Sultan, merupakan sistem nilai utuh yang menempatkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan sebagai dasar dari kepemimpinan dan pemerintahan.
“Hamemayu Hayuning Bawana bukan sekadar sajak tentang keindahan dunia, tetapi sebuah blueprint moralitas yang dapat menuntun aparatur negara dalam menjalankan pengabdian,” ujar Sri Sultan.
Sri Sultan menjabarkan bahwa falsafah Hamemayu Hayuning Bawana dapat diwujudkan dalam tiga nilai utama.
Pertama, Rahayuning Bawana Kapurba Waskithaning Manungsa, yang menekankan pentingnya kebijaksanaan manusia sebagai penjaga keseimbangan dunia.
Kedua, Darmaning Satriya Mahanani Rahayuning Nagara, yang menegaskan bahwa tugas hidup manusia adalah menjaga keselamatan negara sebagai bentuk pengabdian yang tulus.
Ketiga, Rahayuning Manungsa Dumadi Karana Kamanungsane, yang mendukung konsep pemerintahan yang berpusat pada kemanusiaan, empati, dan keberpihakan pada rakyat sebagai inti dari kesejahteraan sosial.
Ketiga nilai tersebut diperkuat oleh konsep kepemimpinan Jawa Manunggaling Kawula-Gusti, yang mencerminkan hubungan timbal balik antara pemimpin dan rakyat.
Di DIY, falsafah ini disinergikan dengan prinsip sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh, yaitu fokus yang menyatu, semangat yang menyala, keyakinan diri yang rendah hati, dan tanggung jawab yang tak tergoyahkan.
Sri Sultan menegaskan bahwa pemimpin saat ini harus berperan ganda sebagai manajer, yang mampu mengelola dinamika zaman sekaligus menjaga nilai-nilai luhur.
KAI Setop Putar Lagu Sepasang Mata Bola di Stasiun Lempuyangan dan Yogyakarta |
![]() |
---|
Tidak Memenuhi Modal Inti Minimum, Beberapa BPR di DIY Merger |
![]() |
---|
29 Kasus Gigitan Anjing Tercatat di Kota Yogya Sepanjang 2025, Tidak Ada Sebaran Rabies |
![]() |
---|
Warga di 3 Kalurahan di Kulon Progo Terima Kompensasi Proyek Tol Yogyakarta-YIA Secara Bertahap |
![]() |
---|
Siswa SMA di Jogja Terindikasi Alami Kecemasan dan Depresi Tingkat Sedang hingga Tinggi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.