Cerita Dirman Ikut Kremasi Bhante Win di Bukit Dagi Borobudur, Bertepatan dengan Gempa Bantul 2006

Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana saat itu langit Bukit Dagi tampak mendung dan hujan mulai turun ketika proses kremasi dimulai.

Tribunjogja.com/Yuwantoro Winduajie
PANEN GABAH: Dirman saat ditemui seusai membantu panen gabah di kampung halamannya, Magelang belum lama ini. 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG – Tak banyak yang tahu bahwa prosesi kremasi biksu pernah berlangsung di kawasan Candi Borobudur, tepatnya di Bukit Dagi, Kabupaten Magelang. 

Peristiwa ini terjadi pada 6 Mei 2006 silam, ketika jenazah Bhante Win Vijjano Mahathera dikremasi di ruang terbuka, di tempat yang ia pilih sendiri semasa hidupnya.

Dirman (45), warga Jayan Borobudur yang kini bekerja di Krematorium Yayasan Wahana Mulia Abadi di Yogyakarta, menjadi salah satu saksi hidup prosesi yang tak biasa itu. 

Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana saat itu langit Bukit Dagi tampak mendung dan hujan mulai turun ketika proses kremasi dimulai.

“Waktu itu kondisinya berat, kayak mendung. Jenazah sudah ditaruh di atas tumpukan kayu, dikasih solar tapi (api) nggak nyala-nyala, mati terus. Sudah hampir dua jam belum juga terbakar,” kenangnya saat ditemui seusai membantu panen gabah di kampung halamannya, Magelang belum lama ini.

Tak lama kemudian, gempa besar mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. 

Gempa Bantul 2006, yang menjadi bencana nasional, terjadi bersamaan dengan prosesi tersebut.

Meski tanah bergetar hebat, tumpukan kayu yang digunakan untuk kremasi tetap berdiri kokoh.

Jasad Bhante Win kemudian langsung dievakuasi ke sebuah krematorium di wilayah Kecamatan Muntilan menggunakan mobil ambulans.

“Gempa itu datang pas proses pembakaran belum berhasil. Jenazah langsung dibawa ke Gremeng, Muntilan, pakai ambulans. Di sana cuma dua menit selesai. Padahal di Dagi sudah dua jam lebih,” ujar Dirman.

Baca juga: Pemkab Magelang Bakal Gelar Mediasi Lanjutan soal Penolakan Kremasi Murdaya Poo di Ngaran Borobudur

Menurutnya, kremasi di ruang terbuka seperti itu adalah hal langka. 

Biasanya kremasi dilakukan di krematorium yang sudah tersedia fasilitas lengkap. 

Namun, Bhante Win, menurut informasi yang diperolehnya, telah menyampaikan keinginannya untuk dikremasi di Bukit Dagi, tempat yang menyatu dengan alam dan berada tak jauh dari kompleks Candi Borobudur.

Candi Borobudur memang dianggap sakral oleh umat Buddha karena dianggap sebagai tempat yang suci dan memiliki makna spiritual yang mendalam.

“Awalnya saya juga nggak percaya ada yang minta kremasi di luar. Tapi ternyata itu memang permintaannya. Katanya,” ungkapnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved