Mengapa Warga Karangturi Klaten Bisa Menjadi Korban Keracunan? Ini Kata PSPG UGM

Sebanyak 152  warga Desa Karangturi, Klaten, Jawa Tengah menjadi korban keracunan setelah menyantap nasi kotak dalam hajatan wayangan

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Hari Susmayanti
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
PERIKSA KESEHATAN: Petugas kesehatan sedang memeriksa seorang warga Desa Karangturi yang mengalami gejala keracunan makanan pada Rabu (16/4/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keracunan makanan kembali terjadi. Kali ini, sebanyak 152  warga Desa Karangturi, Klaten, Jawa Tengah menjadi korban keracunan setelah menyantap nasi kotak dalam hajatan wayangan, Sabtu (12/4/2025).

Dari jumlah itu, sebanyak 61 orang menjalani rawat jalan dan 36 orang sudah sembuh, sisanya masih dirawat inap.

Selain itu satu orang dinyatakan meninggal dunia karena didyga mengidap komorbid.

Beberapa keluhan dirasakan para korban di antaranya seperti sakit perut, mual, muntah, dan diare hingga hari Minggu pagi (13/4/2025).

Atas kejadian ini pihak berwenang telah mengirim sampel sisa makanan ke laboratorium di Semarang.

Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc., mengatakan peristiwa keracunan makanan sudah seringkali dialami warga masyarakat akibat mengkonsumsi makanan dalam berbagai acara hajatan.

Menurutnya, jumlah kasus keracunan makanan seperti ini setiap tahun sesungguhnya banyak terjadi. Hanya saja ada pihak yang melaporkan dan tidak dilaporkan.

“Sebagian ada yang dipublikasikan oleh media dan ada yang tidak. Sayangnya kasus keracunan semacam ini jarang sekali yang dilanjutkan pemberitaannya hingga hasil uji laboratorium terkait jenis bakteri atau toksinnya yang mungkin menjadi penyebab. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu kendala mengapa upaya untuk meminimalkan terulangnya kasus keracunan makanan tidak efektif,” ujarnya di Kampus UGM, Kamis (17/4/2025).

Dosen Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini mengatakan kasus keracunan makanan di Klaten, menurutnya, terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor secara bersamaan.

Pertama terkait dengan kondisi mutu dan keamanan bahan pangan segar yang diolah.

Kedua terkait dengan cara mengolah di antaranya kondisi para masak, peralatan dan cara pemakaiannya, kondisi lingkungan, serta waktu pengolahan dan konsumsinya.

Dari sajian makan menurut pemberitaan berupa nasi, rendang daging sapi, krecek, acar, kerupuk dan snack.

Jika dilihat potensi bahaya makanan, menurut Sri Raharjo, rendang daging sapi dan krecek berisiko lebih tinggi dibanding sajian acar, kerupuk dan snack.

Dipertanyakan, apakah kondisi daging sapi segar yang diolah terjaga kebersihannya, dingin atau beku.

Baca juga: Innova Seruduk 1 Mobil dan 3 Motor Parkir di Jogja, Dua Pedagang Alami Luka-luka 

Jika tidak, disebutnya dimungkinkan berpotensi memiliki tingkat cemaran bakteri atau toksin cukup tinggi di atas batas normalnya yang dianggap aman.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved