Fakta Baru Kasus Keracunan Massal di Karangturi Klaten, Sampel Makanan Ditemukan Bakteri Salmonella

Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Klaten telah menerima hasil uji laboratorium sampel makanan dari Balai Laboratorium

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
CEK KESEHATAN WARGA: Petugas sedang mengecek kondisi seorang warga Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, yang diduga mengalami keracunan makanan pada Senin (14/4/2025). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini


TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kasus keracunan massal di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menemukan fakta baru.

Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Klaten telah menerima hasil uji laboratorium sampel makanan dari Balai Laboratorium Kesehatan dan Alat Pengujian Kesehatan (Balapkes) Provinsi Jawa Tengah. 


Sebelumnya, Diskes Kabupaten Klaten telah mengirimkan sampel makanan dalam kasus keracunan massal di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Sampel makanan yang dikirimkan ke Balapkes Provinsi Jawa Tengah di antaranya rendang sapi, sambel krecek, acar, kerupuk, kacang, pangsit, dan roti kering. 


Kepala Diskes Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto, mengungkapkan bahwa hasil uji sampel makanan dari Balapkes Provinsi Jawa Tengah sudah keluar pada Senin (21/4/2025) kemarin.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto, saat ditemui di Grha Bung Karno, Selasa (22/4/2025).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, Anggit Budiarto, saat ditemui di Grha Bung Karno, Selasa (22/4/2025). (Tribunjogja.com/Dewi Rukmini)

Dikatakan, dari beberapa sampel makanan yang dikirim dan diperiksa, ternyata ada yang positif terkontaminasi bakteri Salmonella. 


"Jadi yang positif Salmonella itu ada rendang, sambel krecek, kerupuk, acar, serta bahan dari snack pangsit. Sedangkan sampel lainnya masih negatif," ungkap Anggit kepada Tribunjogja.com, Selasa (22/4/2025). 


Berdasarkan hasil pemeriksaan itu, Anggit menyampaikan bakteri Salmonella muncul setelah makanan selesai diolah. Dengan kata lain, bakteri itu tidak berasal dari bahan mentah makanan dalam hajatan wayang kulit tersebut. 


"Tapi bakteri Salmonella muncul setelah makanan selesai diolah. Karena di situ ada kandungan protein yang tinggi. Sebab, sudah menjadi ciri khas bakteri Salmonella sanggup bertumbuh cepat di bahan makanan yang mengandung protein tinggi," ucapnya.


Anggit menyebut pada dasarnya bakteri Salmonella ada di mana-mana. Namun, bakteri itu mampu berkembang cepat apabila menemukan tempat yang nyaman untuk bertumbuh dengan cepat. Saat ditanya terkait cara bakteri tersebut mengkontaminasi makanan, Anggit menyampaikan bisa lewat berbagai cara. Termasuk lewat wadah atau tempat makanan.


"Bisa jadi, karena ada banyak kemungkinan," katanya.


Adapun saat ditanya apakah hal itu dipengaruhi air sumur yang sesuai hasil laboratorium ditemukan bakteri Escherichia Coli. Anggit menjelaskan jika ditemukan bakteri E Coli di air, berarti di olahan makanan akan muncul E Coli. 


"Namun saat pengolahan makanan dengan pemanasan yang benar kan bakteri E Coli akan mati. Sedangkan yang ditemukan adalah bakteri Salmonella, jadi bakteri Salmonella itu tumbuh belakangan," jelas dia.


Lebih lanjut, Anggit memaparkan gejala yang muncul akibat memakan makanan terkontaminasi bakteri Salmonella itu antara lain gangguan diare dan nyeri perut setelah 12-72 jam. Menurutnya, jika gejala yang muncul sudah terobati maka bakterinya juga akan hilang. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved